Distorsi Kognitif Ansietas gara-gara Virus Corona (Covid19)

ansietas virus corona covid-19

Tsunami informasi yang bergelombang diterima oleh seseorang dapat menyebabkan munculnya distorsi kognitif (pikiran yang irasional) dan berujung pada gangguan kejiwaan yaitu ansietas (gangguan cemas). Ini terjadi pada kasus Virus Corona yang mulai merebak di Indonesia.

Banyak pasien pasien gangguan cemas (ansietas) yang tertrigger oleh kasus ini dan ditemukan adanya distorsi kognitif.

Informasi tentang virus Corona didapatkan dari berbagai media, sifatnya macam macam:

Bacaan Lainnya
  • Informasi benar
  • Informasi salah (hoax)
  • Informasi berlebihan
  • Informasi setengah salah setengah benar

Semua informasi yang diterima tersebut menjadi stimulus yang menimbulkan persepsi pikiran kognitif/belief system atau cara seseorang berpikir.

Bagian Otak sangat berperan dalam menerima informasi, ada neurotransmiter (zat kimia otak), hipokampus (memori), serebelum (belajar dan gerakan), amigdala (emosi), ganglia basal (kognitif, belajar, kontrol motorik, memori implisit), lobus frontal (working memory), lobus temporal (memori autobiografi dan rekognisi), lobus parietal (atensi, informasi sensorik, memori jangka pendek) dan lobus occipital (penglihatan dan pengenalan objek).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi otak dalam menerima stimulus informasi sehingga menyebabkan munculnya DISTORSI, KOGNITIF, atau disebut juga OVERTHINKING, pikiran negatif atau pikiran irrasional.

Model Cara Berpikir Distorsi Kognitif

Ada beberapa model cara berpikir yang tidak rasional /distorsi kognitif / pikiran negatif, yaitu:

  1. Catastrophic

Memikirkan bahwa bahaya virus corona ini lebih buruk dari yang sebenarnya terjadi sehingga menyebabkan ketakutan akan fatalnya penyakit ini yang berlebihan.

  1. Over generalization

Cara berpikir yang menggeneralisasi semua peristiwa adalah sama dari sebuah kejadian spesifik. Muncul pikiran bahwa virus corona ini sudah terjadi setiap tempat dalam lingkungan kita sehingga muncul tindakan reaktif seperti memborong masker dan sembako.

  1. All or nothing thinking

Cara berpikir ‘segalanya atau tidak sama sekali‘. Cara berpikir perfeksionis berlebihan yang tidak menoleransi kesalahan sedikitpun, selalu ingin sempurna. Munculnya kasus Covid-19 di Indonesia adalah kegagalan pemerintah, adanya kematian karena virus corona adalah bukti tim kedokteran Indonesia telah gagal.

  1. Mental Filter

Cara berpikir yang selalu berhasil menemukan sisi negatif dari berbagai peristiwa meskipun sebenarnya banyak sisi positif yang bisa dipikirkan. Hanya memikirkan kasus yang terjadi saja dan kematian yang ditimbulkan dan mengesampingkan fakta bahwa lebih banyak kasus corona yang sudah berhasil disembuhkan.

  1. Should

Cara berpikir yang membuat Anda tidak nyaman, sedih, kecewa, marah karena Anda berpendapat bahwa orang lain seharusnya melakukan apa yang Anda pikirkan. Perasaan frustasi yang disebabkan karena dalam pikiran Anda yang ada adalah: harus…harus…harusnya..

Contoh: Harusnya pemerintah melakukan ini, harusnya di tempat umum ada ini, itu, dll.

  1. Jump to the Conclusion

Cara berpikir loncat, seolah olah Anda sudah tahu apa yang akan terjadi meski belum dijalani.

Contoh: saya sudah mulai batuk batuk. demam, pasti saya sudah kena Corona! Padahal belum tentu demikian.

Semua pikiran yang tidak rasional / distorsi kognitif / pikiran negatif di atas bila terus menerus diulang berkali kali akan menyebabkan terjadi nya RUMINASI (rumination) yang akan mengganggu fungsi otak sehingga menyebabkan munculnya STRESS dan gangguan kejiwaan seperti Cemas / Ansietas dan

Depresi. Berpikir negatif tidak pernah menghasilkan kehidupan yang positif.

Tanda dan Gejala Ansietas

Berikut beberapa tanda dan gejala dari ansietas, antara lain:

  • Khawatir, gelisah, tidak tenang
  • Takut mati, takut gila, takut kehilangan control
  • Tegang, panik, pikiran negative
  • Nyeri dada, jantung berdebar lebih kencang
  • Sesak nafas, sulit bernafas, nafas terasa pendek
  • Sakit kepala, leher, kepala terasa berat/ringan
  • Mual, muntah, perut kembung, perih, diare
  • Kesemutan, keringat dingin
  • Tangan dan kaki terasa lemas, baal

Baca Juga: Cara Isolasi Mandiri Menghadapi Covid-19

Ketika kita tidak dapat mengontrol apa yang terjadi, kita tetap punya KONTROL terhadap RESPON yang kita berikan.

“Every test in our life makes us bitter or better, every problem comes to make us or break us. The choice is ours whether we become victim or victor.”

Sepertinya berpikir negatif terus menerus bukanlah pilihan yang harus dilakukan karena berbahaya bagi jiwa kita.

Keuntungan Berpikir POSITIF dan RASIONAL/ Anti Ansietas

Mari kita mencoba berpikir POSITIF dan RASIONAL. Mencoba untuk berpikir positif/rasional memiliki banyak keuntungan, yaitu:

  • Perasaan lebih tenang
  • Stres menjadi minimal
  • Imunitas tubuh lebih baik
  • Tidur lebih nyenyak
  • Hidup lebih menyenangkan
  • Harga diri dan percaya diri lebih baik
  • Kesuksesan lebih dekat
  • Panjang umur

Bagaimana cara berpikir lebih POSITIF dan RASIONAL?

  • Kurangi paparan yang berlebihan mengenai informasi virus corona, terutama informasi yang tidak valid/berlebihan, membuat takut.
  • Berdoa, beribadah, meditasi agar kita menjadi insan yang senantiasa memiliki pikiran positif dalam memandang kehidupan.
  • Cari dan lakukan hal yang menyenangkan, nikmatilah kehidupan, tertawalah, dan jangan terlalu.
  • Menerima pikiran negatif, menyadarinya sebagai suatu hal yang alamiah dan mulai merubahnya.
  • Fokus pada hal – hal yg positif. Saat ada hal yang negatif, cobalah untuk mencari pikiran alternatif positif sekecil apapun itu.
  • Berolahraga, jalan santai, mendengarkan musik, nonton film, akan menjadi distraksi yang baik untuk pikiran negatif dan tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin (hormon anti stres).
  • Kelilingi diri kita dengan orang-orang yang memiliki pikiran positif.

Saat Pikiran negatif / distorsi kognitif ini sulit untuk dihilangkan, silahkan untuk berkonsultasi ke profesional kesehatan jiwa seperti Psikiater, Dokter Perawat jiwa, Psikolog, Konselor, dan Pekerja Sosial untuk segera mendapatkan bantuan, seperti terapi CBT (Cognitive behavior therapy) untuk merubah pikiran dan perilaku sehingga hidup menjadi lebih TENANG.

“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” – Philippians.

Referensi: Ditulis oleh dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ pada App SehatPedia Kemkes.go.id.

Artikel Direkomendasikan