Rumusan Masalah: Kriteria, Contoh, Cara Membuat

Cara Membuat Rumusan Masalah

Sangat penting memahami arti dari penyusunan rumusan masalah. Tak ada alasan apapun selain harus paham, kok maksa? Yuk simak alasan lengkapnya!

Penelitian idealnya diawali oleh sebuah permasalahan yang membutuhkan pemecahan. Masalah diartikan sebagai kesenjangan antara harapan dengan Realita.

Pada umumnya keadaan berikut bisa dijadikan masalah:

Bacaan Lainnya
  1. Bila ada informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita.
  2. Bila ada hasil-hasil yang bertentangan.
  3. Bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui penelitian.

Unsur Rumusan Masalah

Pembuatan rumusan masalah penelitian harus memenuhi beberapa unsur agar rumusan masalah penelitian itu menjadi sebuah rumusan masalah yang baik. Unsur atau kriteria dalam perumusan masalah yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

  1. Masalah yang diambil benar-benar menarik.
  2. Pemecahan masalah harus bermanfaat bagi orang-orang yang berkepentingan di dalam bidangnya.
  3. Masalah tersebut merupakan sesuatu yang baru.
  4. Masalah yang baik mengundang rancangan yang lebih kompleks.
  5. Masalah tersebut dapat diselesaikan dalam suatu penelitian sesuai dengan waktu yang diinginkan.
  6. Masalah tidak bertentangan dengan moral.

langkah awal dalam menemukan sebuah masalah penelitian adalah seorang peneliti membaca atau survei kepustakaan terkait perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang yang akan diteliti, terutama yang diduga mengandung permasalahan yang diteliti.

Cara Menemukan Masalah Penelitian

Dalam sebuah penelitian masalah merupakan kesenjangan yang ditemukan antara teori dengan praktik atau kenyataan yang terjadi. Selain melakukan studi kepustakaan, hal-hal berikut yang dapat Anda lakukan untuk mendapatkan masalah dalam penelitian:

  1. Banyak melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan dan fenomena kesehatan dengan cermat dan jeli.
  2. Membangun sikap kritis dan skeptis yang sehat sehingga selalu mengajukan pertanyaan mengapa, kenapa, apa sebabnya, dan sebagainya.
  3. Membaca publikasi ilmiah dibidang kesehatan baik jurnal, laporan berkala yang terbitan atau di internet.
  4. Memaparkan diri pada stimulasi dan iklim ilmiah misalnya hadir dalam diskusi, sarasehan kesehatan.

Masalah yang sudah berhasil Anda temukan agar masalah dapat terurai dengan jelas di latar belakang perlu dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah penelitian ini dilakukan sebagai inventarisasi masalah penelitian yang muncul. Identifikasi masalah merupakan langkah awal dalam penulisan penelitian, identifikasi menjelaskan apa masalah dalam penelitian dan bagaimana masalah tersebut diukur dan dihubungkan dengan prosedur penelitian.

Langkah-langkah Identifikasi

Adapun langkah-langkah dalam identifikasi masalah penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Pilih tema berdasarkan pengamatan selama ini, dalam pemilihan tema ini diperlukan kepekaan serta dipikirkan implikasinya terhadap pengembangan dan perbaikan di bidang kesehatan.
  2. Pertimbangkanlah minat, kapasitas, ketersediaan waktu, tenaga dan dana.
  3. Amati secara langsung untuk mempelajari masalah yang mungkin akan menjadi tema.
  4. Gunakan metode kuantitif sederhana misalnya kuesioner tertutup sederhana atau metode kualitatif misalnya, wawancara, FGD, dan observasi.
  5. Pelajari literatur yang berhubungan dengan tema tersebut atau bacaan-bacaan yang mendukung (majalah atau koran).
  6. Diskusi dengan teman sejawat ataupun orang-orang yang berhubungan dengan tema masalah tersebut.
  7. Diseminarkan dengan teman sejawat untuk umpan balik atau penetapan masalah dan perencanaan penelitiannya.

Fenomena

Masalah muncul bisa berdasarkan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Fenomena yang muncul tentunya yang mempunyai makna sehingga bisa dijadikan dasar melakukan sebuah penelitian dalam sebuah karya tulis ilmiah. Fenomena yang mempunyai makna dan bisa dijadikan dasar sebuah penelitian harus mempunyai unsur sebagai berikut:

  1. Bila ada waktu tertentu (kejadian atau fenomena terjadi dalam batas waktu tertentu).
  2. Berhubungan dengan masalah yang praktis.
  3. Berhubungan dengan populasi yang secara luas.
  4. Dapat mengisi kesenjangan yang terjadi sehingga menjawab atau memecahkan persoalan yang ada.
  5. Dapat digeneralisasikan dan dimanfaatkan hasilnya.
  6. Mempertajam definisi suatu konsep atau hubungan.
  7. Mempunyai banyak implikasi pada masalah praktis yang luas.
  8. Dapat memberikan kreasi untuk menyusun instrumen untuk observasi dan analisis.
  9. Memberikan kesempatan untuk pengumpulan data.
  10. Memberikan kemungkinan untuk eksplorasi.

Kriteria Rumusan Masalah yang Baik

Perumusan masalah dalam sebuah penelitian karya tulis ilmiah hendaknya dirumuskan dengan baik. Rumusan masalah yang baik dapat menjadi fondasi yang kuat untuk jalannya sebuah penelitian. Rumusan masalah yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

  1. Berwujud kalimat tanya atau introgratif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban diskritif maupun pertanyaan explanatoris (menghubungkan dua atau lebih fenomena/gejala di dalam kehidupan manusia).
  2. Kalimat harus spesifik, tidak terlalu luas.
  3. Bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam hal ini adalah pemecahan masalah secara jelas.

Masalah penelitian, secara umum, mengacu pada beberapa kesulitan yang dialami peneliti dalam konteks situasi teoretis atau praktis dan ingin mendapatkan solusi untuk hal yang sama. Biasanya kami mengatakan bahwa masalahnya memang ada jika kondisi berikut dipenuhi:

  1. Harus ada individu (atau grup atau organisasi), yang masalahnya bisa dikaitkan. Individu atau organisasi, sesuai kasusnya, menempati sebuah lingkungan.
  2. Harus ada variabel yang diukur, baik ada variabel kontrol maupun tidak.
  3. Harus ada cara alternatif (atau tindakan) untuk mendapatkan tujuan.
  4. Harus ada keraguan dalam pikiran seorang peneliti sehubungan dengan pemilihan alternatif. Ini berarti bahwa penelitian harus menjawab pertanyaan tentang alternatif penyelesaian masalah yang mungkin.
  5. Harus ada beberapa lingkungan di mana kesulitan tersebut terjadi.

Kesalahan Membuat Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian juga ada beberapa hal kesalahan yang dapat terjadi. Berikut kesalahan-kesalahan dalam perumusan masalah penelitian:

  1. Masalah terlampau luas

Misalnya pengambilan topik tentang pelayanan darah, padahal pelayanan darah luas, bisa dibagi berdasarkan area kompetensi, bisa dibagi dalam mutu pelayanan dll. Sehingga dalam merumuskan masalah harus spesifik, perumusan masalah yang terlalu luas akan menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian masalah.

  1. Masalah terlalu sempit

Masalah terlalu sempit sehingga kurang layak menjadi pokok dalam penelitian sebuah karya tulis ilmiah. Mempersempit dan memperluas topik dalam sebuah penelitian merupakan suatu topik yang perlu didiskusikan dengan dosen pembimbing.

  1. Masalah mengandung emosi, prasangka, atau unsur-unsur yang tak ilmiah

Penulisan perumusan massalah harus berdasarkan fakta, data dan objektif, jadi tulisan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Pengelolaan Masalah

Berdasarkan masalah penelitian, perlu kita perhatikan beberapa hal pengelolaan masalah, sebagai berikut:

  1. Analisis masalah

Suatu masalah perlu diteliti untuk mempertajam ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Di samping analisis itu dapat pula memberi petunjuk metode penelitian yang sesuai.

  1. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah dapat membatasi ruang lingkup masalah penelitian. Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih terarah.

  1. Kedudukan Masalah

Kedudukan masalah dalam penelitian, didapatkan berdasarkan perbandingan dari penelitian yang telah dilakukan. Hal ini untuk menunjukkan, kedudukan masalah penelitian kita sebagai lanjutan penelitian dan bukan duplikasi penelitian yang sudah pernah dilakukan.

  1. Pentingnya Penelitian

Penelitian dilakukan harus ada sebab maknanya, kenapa penelitian tersebut penting harus dilakukan. Perlu diuraikan alasan-alasan kenapa penelitian itu penting.

Menentukan masalah penelitian merupakan hal yang sulit dilakukan oleh peneliti, berikut beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam perumusan masalah penelitian:

  1. Subjek penelitian adalah yang normal.
  2. Subjek kontroversial seharusnya tidak menjadi pilihan peneliti .
  3. Masalah yang terlalu sempit atau terlalu kabur harus dihindari.
  4. Subjek yang dipilih untuk penelitian harus akrab dan layak sehingga penelitian terkait bahan atau sumber penelitian berada dalam jangkauan seseorang
  5. Pentingnya subjek, kualifikasi dan pelatihan seorang peneliti, biaya yang terlibat, faktor waktu adalah beberapa kriteria lain yang juga harus dipertimbangkan dalam memilih sebuah masalah. Dengan kata lain, sebelum pemilihan akhir suatu masalah dilakukan, seorang peneliti harus menanyakan pada dirinya sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti, Apakah subjek penelitian dalam masalah tersebut dapat memenuhi tujuan penelitian yang akan diteliti? Apakah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran? Apakah subjek penelitian kooperatif dalam pelaksanaan penelitian nantinya?

Teknik Perumusan Masalah

Berikut ini diberikan beberapa teknik yang dilakukan dalam perumusan masalah penelitian:

  1. Pernyataan rumusan masalah bersifat luas

Dengan tetap memperhatikan masalah praktis atau ilmiah atau intelektual. Lalu tugas peneliti mencari spesifikasi dari masalah tersebut.

  1. Memahami sifat masalah

Langkah selanjutnya dalam mendefinisikan masalah adalah dengan memahami asal dan sifatnya dengan jelas. Cara terbaik untuk memahami masalah adalah dengan mendiskusikannya dengan mereka yang pertama kali mengangkatnya untuk mencari tahu bagaimana masalah awalnya muncul dan dengan tujuan yang hendak dicapai.

  1. Survei literatur yang tersedia

Semua literatur yang tersedia tentang masalah yang dihadapi harus selalu disurvei dan diperiksa sebelum definisi masalah penelitian diberikan. Ini berarti bahwa peneliti harus mahir dengan teori-teori yang relevan di lapangan, lapor dan mencatat juga semua literatur lain yang relevan.

  1. Mengembangkan ide melalui diskusi

Diskusi mengenai masalah sering kali menghasilkan informasi berguna. Berbagai ide baru dapat dikembangkan melalui latihan semacam itu. Oleh karena itu, seorang peneliti harus membahas masalahnya dengan rekan-rekannya dan orang lain yang memiliki pengalaman yang cukup dalam hal yang sama area atau dalam mengerjakan masalah serupa. Ini cukup sering dikenal sebagai survei pengalaman.

Aspek-Aspek

Perumusan masalah penelitian agar mendukung latar belakang dan kegiatan penelitian harus memenuhi beberapa aspek. Aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam membuat sebuah rumusan penelitian adalah:

  1. Aspek substansi

Bobot dapat dilihat dari apakah penelitian ini mempunyai kemanfaatan jika penelitian ini dilakukan, untuk orisinalitas berupa permasalahan yang diajukan belum pernah dijawab oleh penelitian sebelumnya.

  1. Aspek formulasi

Aspek formulasi, adalah dalam merumuskan masalah penelitian harus dimulai dengan kalimat tanya. Jika rumusan penelitian dibuat dengan pernyataan, maka pertanyaan penelitian harus diakhiri dengan tanda tanya (?). dalam merumuskan kalimat rumusan masalah penelitian harus mencakup 5W 1 H (what, where, who, why, when dan how).

  1. Aspek teknis

Aspek teknis, merupakan masalah kelayakan penelitian apakah permasalahan bisa dijawab dengan penelitian ini.

Yang Perlu Di Perhatikan

Selain ketiga aspek tersebut diatas, dalam Anda membuat sebuah rumusan masalah penelitian harus memperhatikan beberapa hal berikut di bawah:

  1. Topik yang diajukan menarik

Dalam membuat rumusan yang menarik Anda bisa berdiskusi dengan pembimbing dan membaca beberapa literatur, sehingga masalah yang disajikan merupakan masalah yang belum pernah dijawab di penelitian sebelumnya.

  1. Menyelesaikan masalah

Sebuah rumusan masalah dalam penelitian harus dapat dijawab dengan penelitian yang dilakukan. Hal ini menjadi salah satu nilai, penelitian yang Anda lakukan dapat mempunyai manfaat dan kegunaan.

  1. Mengembangkan penelitian sebelumnya

Anda dapat merumuskan masalah penelitian yang Anda akan lakukan berdasarkan pengembangan masalah penelitian dari penelitian sebelumnya. Hal ini mengurangi risiko duplikasi dan pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.

Karakteristik Pertanyaan Penelitian

Merumuskan masalah penelitian diwujudkan dalam pertanyaan penelitian, berikut karakteristik pertanyaan penelitian:

  1. Pertanyaan terbuka

Sebuah pertanyaan terbuka, melihat sebuah masalah dalam konteks yang lebih luas. Pertanyaan terbuka dapat menjawab pertanyaan dengan pengembangan teori.

Pertanyaan terbuka tersebut berisi tentang garis besar yang jelas yang perlu dipahami dan oleh karena itu cocok untuk diperinci lebih lanjut.

  1. Pertanyaan tertutup

Pertanyaan tertutup, biasanya lebih sempit untuk jawabannya. Misalnya menanyakan usia, tingkat pendidikan, dsb. Pertanyaan tertutup untuk memperoleh informasi dalam penelitian kurang baik, karena tidak dapat menggali informasi secara mendetail.

Contoh Rumusan Masalah

Agar dapat memahami tentang perumusan masalah penelitian, berikut ini diberikan beberapa contoh rumusan masalah:

#CONTOH PERTAMA

Contoh pertama di cuplikan dari latar belakang penelitian yang dilakukan oleh Anita Oktari pada tahun 2016:

Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan jenis golongan darah pada manusia. Penentuan golongan darah ABO pada umumnya dengan menggunakan metode Slide. Metode ini didasarkan pada prinsip reaksi antara aglutinogen (antigen) pada permukaan eritrosit dengan aglutinin yang terdapat dalam serum/plasma yang membentuk aglutinasi atau gumpalan. Metode slide merupakan salah satu metode yang sederhana, cepat dan mudah untuk pemeriksaan golongan darah.

Antigen-antigen golongan darah yang sangat penting adalah antigen A, dan B. Ciri antigen itu berada pada ujung gula-gula yang melekat langsung pada dinding sel atau melekat pada rangkaian protein yang menonjol dari hamparan bilipid.

Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk pemeriksaan golongan darah ABO. Diperoleh dari biakan supernatan secara in vitro yang berasal dari hibridisas immunoglobulin sel tikus, dan hasil pemeriksaannya akan terbentuk aglutinasi. Misalnya pada golongan darah A ketika ditambahkan reagen antisera A, reagen antisera B, dan reagen antisera AB, maka terjadi aglutinasi pada darah yang di tetesi reagen antisera B dan AB, sedangkan pada reagen antisera AB tidak terbentuk aglutinasi. Dari segi reagen metode ini kurang ekonomis, maka serum dapat dijadikan sebagai reagen pada pemeriksaan golongan darah ABO.

Serum merupakan cairan darah yang berwarna kuning. Di dalam serum terdapat dua protein yaitu albumin dan globullin. Antibodi berada di dalam serum dikarenakan Antibodi golongan darah merupakan protein globulin, yang bertanggung jawab sebagai kekebalan tubuh alamiah untuk melawan antigen asing.

Telah dilakukan uji pendahuluan, ketika sampel golongan darah A ditambahkan serum golongan darah B dan O diperoleh hasil aglutinasi, sedangkan ketika ditambahkan serum golongan darah A tidak terjadi aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi disebabkan karena adanya reaksi antigen antibodi yang sama karena di dalam antibodi terdapat paratop yaitu bagian dari antibodi yang dapat bereaksi dengan antigen sedangkan di dalam antigen terdapat epitop yang merupakan bagian dari antibodi yang dapat bereaksi dengan antibodi.

Dari latar belakang penelitian yang diuraikan di atas dapat dideteksi bahwa rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah: “Bagaimana hasil pemeriksaan golongan darah A,B,O metode slide test dengan menggunakan serum golongan darah A,B,O?”

#CONTOH KEDUA 

Contoh kedua di cuplikan dari latar belakang penelitian yang dilakukan oleh Defita pada tahun 2016:

WHO telah mengembangkan strategi untuk transfusi darah yang aman dan meminimalkan risiko transfusi. Strategi tersebut terdiri dari pelayanan transfusi darah yang terkoordinasi secara nasional, pengumpulan darah hanya dari donor sukarela dari populasi risiko rendah, pelaksanaan skrinning terhadap semua darah donor dari penyebab infeksi. Pelayanan laboratorium yang baik di semua aspek, termasuk golongan darah, uji kompatibilitas, persiapan komponen, penyimpanan dan transportasi darah atau komponen darah, mengurangi transfusi darah yang tidak perlu dengan penentuan indikasi transfusi darah yang tidak perlu dan komponen darah yang tepat serta indikasi cara alternatif transfusi.

PMI berperan melakukan kegiatan surveilans atau pengamatan terhadap kasus-kasus infeksi yang penularannya salah satunya karena transfusi darah, dengan melakukan skrining atau penapisan darah donor melalui UDD PMI Semarang. Tujuan skirining ini adalah untuk mengamankan darah donor supaya bebas dari beberapa penyakit infeksi di atas. Selain itu mengupayakan dan mampu menjamin seluruh darah dan komponen yang dikeluarkan (yang di donorkan) apakah telah memenuhi kualitas darah yang diperlukan penderita, serta yang lebih penting UDD PMI selalu memperhatikan donor dan pengguna darah dengan pelayanan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaannya sangatlah penting bagi UDD PMI untuk selalu up to date atau selalu memantau kondisi-kondisi darah serta jumlah atau banyaknya darah yang dibutuhkan oleh resipien.

Mengingat besarnya pengaruh infeksi virus yang bisa menyebabkan penyakit-penyakit di atas terhadap progresivitasnya serta kebutuhan darah transfusi yang terpaksa dipenuhi sendiri oleh rumah sakit, terkadang tanpa pemeriksaan uji saring infeksi menular lewat transfusi darah dan tidak sesuai dengan standar maka diperlukan pengetahuan lebih lanjut agar tidak terjadi praktik transfusi darah langsung atau penggunaan darah transfusi tanpa skrining.

Dari latar belakang penelitian yang diuraikan di atas dapat dideteksi bahwa rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah: “Bagaimana insidensi IMLTD pada darah donor di UDD PMI kota Semarang?”

BACA JUGA! Cara Membuat Manfaat Penelitian

Nah, demikian penjelasan lengkap seputar pembuatan rumusan masalah dalam penelitian. Jangan lupa untuk membagikan artikel ini kea kun media sosialmu, terima kasih.

Artikel Direkomendasikan