Halo sobat dinas.id, kali ini mimin akan menjelaskan seputar metode ilmiah sebagai bentuk proses dan langkah-langkah penyelesaian penelitian. Disimak yah!
Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris, dan terkontrol.
Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan data atau fakta khusus.
Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Tahapan pertama suatu metode ilmiah adalah merumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya.
Rumusan masalah ini akan menuntun proses selanjutnya dalam penelitian seperti membuat kerangka berpikir dan penentuan desain penelitian.
Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.
Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
Langkah-Langkah Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah metode ilmiah dapat diamati padabagan di bawah ini.
Langkah langkah metode ilmiah dapat dibagi menjadi 6 tahapan, yaitu:
1. Mengidentikasi, Memilih dan merumuskan Masalah
Berikut adalah hal-hal yang perlu kamu perhatikan:
Mengidentifikasi Masalah
- Mengidentifikasi masalah adalah mencari masalah yang paling relevan dan menarik untuk diteliti.
- Masalah dapat dicari melalui “Pancaindera”, yaitu pengamatan, pendengaran, penglihatan, perasaan, dan penciuman.
- Permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein, yaitu ada perbedaan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan. Masalah berkaitan dengan suatu kondisi yang mengancam, mengganggu, menghambat, menyulitkan, yang menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan
Sumber Masalah
Masalah dapat diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut:
- Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan penelitian
- Seminar, diskusi dan lain-lain pertemuan ilmiah
- Pernyataan pemegang otoritas
- Pengamatan sepintas
- Pengalaman pribadi
- Perasaan intuitif
Memilih Masalah/Pembatasan
Dalam mengidentifikasi masalah biasanya dijumpai lebih dari satu masalah, dan tidak semua masalah dapat/layak diteliti. Oleh sebab itu perlu diadakan pemilihan/pembatasan masalah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah:
- Masalah tersebut layak atau tidaknya untuk diteliti, tergantung pada Ada/tidaknya sumbangan terhadap teori dan ada/tidaknya teori yang relevan dengan itu, Ada/tidaknya kegunaan untuk pemecahan masalah-masalah praktis.
- Managebility,yaitu cukup dana, cukup waktu, cukup alat, cukup bekal kemampuan teoritis, dan cukup penguasaan metode yang diperlukan.
Merumuskan Masalah
Setelah masalah diidentifkasi dan dipilih/dibatasi, selanjutnya masalah tersebut hendaknya:
- Dirumuskan dalam kalimat tanya (?) yang padat dan jelas.
- Memberikan petunjuk tentang kemungkinan pengumpulan data guna menjawab pertanyaan dalam rumusan tersebut.
Contoh: Bagaimana gambaran profil lipid kelompok remaja dengan pola hidup yang tidak baik? atau Bagaimana hubungan kadar Hemoglobin dengan Ureum pada pasien gagal ginjal kronik?
2. Penyususnan Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah konstruksi berfikir yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun. Menurut Rusidi (1993), kerangka berfikir berarti menduduk-perkarakan masalah dalam kerangka teoritis (theoritical framework) atau disebut juga proses deduktif.
Untuk menyusun kerangka pemikiran, perhatikanlah hal-hal berkut ini:
- Cari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang relevan untuk dijadikan landasan teoritis dalam penelitian. Teori- teori dan konsep-konsep tersebut berasal dari acuan umum yaitu dari kepustakaan seperti buku teks, ensiklopedia, monografh dan sejeneisnya. Sedangkan generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah yang diteliti. Kriteria sumber bacaan adalah prinsip kemutakhiran (recency) dan Menurut Rusidi (1993), tahap penguraian teori yang menjadi titik tolak berfikir untuk menjawab masalah kepada konsep-konsep yang mengabstraksikan fenomena, disebut tahap conceptioning.
- Dari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi tersebut, lakukan perincian analisis melalui penalaran deduktif. Sedangkan dari hasil-hasil penelitian yang terdahulu dilakukan pemaduan (sistesis) dan generalisasi melalui penalaran induktif. Proses deduksi dan induksi itu dilakukan secara iteratif, sehingga dihasilkan jawaban yang paling mungkin terhadap masalah. Jawaban inilah yang dijadikan hipotesis penelitian.
3. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang jawabannya harus diuji. Hipotesis dirangkum atau diturunkan dari kerangka pemikiran/kesimpulan teoritis.
Ada dua jenis hipotesis:
- Hipotesis Deskriptif, yaitu hipotesis yang menunjukan pemaknaan suatu konsep dari suatu teori.
- Hipotesis verivikatif, yaitu hipotesis yang mengubungkan atau mempertautan dua veriabel atau lebih untuk diuji.
4. Menguji Hipotesis Secara Empirik
- Menguji dengan alat statistik inverensial dan statistik deskriftif, untuk membuktikan apakah teori-teori tersebut teruji secara meyakinkan (significant) atau tidak berdasarkan hasil uji fakta-fakta secara empirik (Penelitian Kuantitatif).
- Menguji dengan tanpa statistis untuk mencari pemaknaan (Penelitian Kualitatif).
5. Melakukan Pembahasan
Dalam membahas hasil penelitian maka harus selalu diingat bahwa tujuan kita adalah membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan.
Secara sistematik dan terarah, maka data yang telah dikumpulkan tersebut dideskripsikan, dibandingkan dan dievaluasi yang keseluruhannya diarahkan kepada sebuah penarikan kesimpulan, apakah data tersebut mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.
Pada hakikatnya sebuah hasil penelitian yang baik tidak berhenti pada kesimpulan, apakah sebuah hipotesis diterima atau ditolak, melainkan dilengkapi dengan evaluasi mengenai kesimpulan tersebut.
Sebuah pernyataan ilmiah yang baik selalu mengandung tingkat kepercayaan yang dimiliki pernyataan tersebut. Untuk melaporkan hasil penelitian, maka secara singkat dan kronologis dan pertama diberikan deskripsi tentang variable yang diteliti yang diikuti dengan tehnik ananlis yang dipergunakan.
Setelah itu hasil pengukuran dilaporkan yang kemudian dilengkapi dengan kesimpulan analisis dari data yang telah dikumpulkan. Laporan ini ditulis dalam bentuuk esei dengan kalimat-kalimat verbal yang mencakup semua pernyataan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
6. Menarik Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan menarik kesimpulan. Kesimpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya.
Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Kesimpulan penelitian ini merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian. Sintesis ini membuahkan kesimpulan yang ditopang oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan meletakkan berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh.
Oleh karena itu, diuraikan kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari aspek-aspek tersebut dalam kerangka yang mengarah kepada kesimpulan. Dalam mengkaji kesimpulan penelitian ini, disebabkan sifatnya yang terpadu dan menyeluruh maka seorang peneliti meninggalkan perannya sebagai ilmuan dan beralih menjadi seorang filsuf.
Hal ini berarti ia harus mampu menarik kesimpulan yang utuh dari data yang bersifat terpisah dengan tidak meninggalkan sifat keilmuan. Kesimpulan penelitian ini harus tetap dipertanggungjawabkan alam kerangka teori keilmuan yang didukung oleh penemuan penelitian. Kesimpulan ini kemudian dapat dibahas dengan jalan membandingkannya terhadap penelitian lain serta pengetahuan ilmiah yang relevan.
Baca Juga: Etika Penelitian, Apa sih Itu?
Penutup
Penyelesaian masalah dengan metode ilmiah merupakan langkah-langkah yang sistematik yang telah memiliki tahapan tertentu. Tahapan yang satu tidak boleh mendahului tahapan lainnya.
Salah satu penilaian terhadap metode penelitian suatu proposal penelitian adalah dilihat dari adanya kesinambungan tahap yang satu dengan tahap yang lainnya, dan setiap tahapan mengikuti kaidah kaidah dengan benar.