Tidak ada pengaruh bila seorang penulis duduk di kafe maupun trotoar; dalam keadaan ramai maupun sepi, ketika dia berdua dengan laptopnya, maka orang ketiganya adalah typo. Hal lain yang berada di luar mereka, misal keriuhan jalan raya, suara musik, kesunyian, hanya menjadi alasan bila kemudian salah satu jarinya tergelincir, menciptakan kata yang tidak diridai oleh KBBI.
Maka hati-hati bila kamu berkhalwat dengan laptop. Typo selalu mencari celah agar kalian tergelincir. Saran terbaik: dalam setiap kesempatan, terutama bila imanmu masih lemah, jangan lupa untuk membawa KBBI. Itu kitab suci bagi seorang penulis yang berbahasa Indonesia, yang tentu bisa membuatmu terhindar dari typo. Sediakan ia di samping laptopmu. Beli yang dalam bentuk cetak, atau download aplikasinya.
Sering-sering baca tentang pedoman penulisan EYD yang ada di dalam KBBI. Kamu berhukum ke sana. Jangan coba-coba membangkang, sebab bahasa adalah kesepakatan sebuah komunitas untuk menyampaikan maksud satu sama lain. Kamu tentu tidak ingin disalahpahami. Kecuali kamu sudah pada level pemahaman hakikat, yang punya argumen kuat atas keputusanmu melawan aturan KBBI (misal selingkung pada tiap penerbit).
Pada awalnya memang sangat repot untuk melulu mengecek KBBI. Ketika kamu sangsi atas kesahihan sebuah kata, kamu mesti mengecek ke kitab itu lagi. Atau ketika diminta untuk memperbaiki tanda baca dalam kalimat langsung, kamu membukanya lagi.
Lagi.
Dan lagi.
Bayangkan bila satu hari ada seratus permasalahan tata bahasa yang membuatmu bingung. Melelahkan. Tapi itulah proses. Kamu tidak bisa belajar secara instan. Proses itulah yang perlahan membentuk jiwa KBBI dalam dirimu. Kelak, kamu tidak perlu lagi meletakkan KBBI di sampingmu ketika berkhalwat dengan laptop. Bahwa dia dan kamu telah menjadi satu kesatuan dalam diri seorang “penulis”, pena di tanganmu akan secara otomatis mengikuti aturannya. Dan typo? Typo hanya akan menjadi ketidaksengajaan yang bahkan sangat jarang terjadi.
Keren, kan?