Kalkulus Gigi

kalkulus adalah

Apa Itu Kalkulus? Kalkulus adalah suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam mulut, misalnya restorasi dan gigi geligi tiruan.

Kalkulus adalah plak terkalsifikasi.

Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan pada gigi permanen anak muda usia. Meskipun demikian pada anak usia sembilan tahun kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut , dan pada hampir seluruh rongga mulut individu dewasa.

Bacaan Lainnya

Jenis Kalkulus

Berdasarkan hubungannya terhadap gingival margin kalkulus dikelompokkan menjadi supragingival dan subgingival.

1. Kalkulus Supragingival

Kalkulus supragingival adalah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat.

Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan, konsistensinya keras seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan skeler.

Warna kalkulus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau dari merokok. Kalkulus supragingival dapat terjadi pada satu gigi, sekelompok gigi atau pada seluruh gigi.

Banyak terdapat pada bagian bukal molar rahang atas yang berhadapan dengan Stensen’s, pada bagian lingual gigi depan rahang bawah yang berhadapan dengan duktus Wharton’s, selain itu kalkulus juga banyak terdapat pada gigi yang sering tidak digunakan.

Kalkulus Supragingival
Kalkulus Supragingival

2. Kalkulus Subgingival

Kalkulus subgingival adalah kalkulus yang berada di bawah batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan.

Untuk menentukan lokasi dan pemeriksaan harus dilakukan probing dengan eksplorer, biasanya padat dan keras, warnanya cokelat tua atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti kepala korek api dan melekat erat pada permukaan gigi.

Kalkulus Subgingival
Kalkulus Subgingival

Bentuk kalkulus subgingival dibagi menjadi deposit noduler dan spining yang keras, berbentuk cincin atau ledge yang mengelilingi gigi, yang terlokalisasi, bentuk gabungan dari bentuk-bentuk di atas.

Jika gingiva mengalami resesi, subgingival kalkulus akan dapat dilihat seperti supragingival kalkulus dan mungkin akan ditutup oleh supragingival yang asli.

Proses Pembentukan Kalkulus

Sejumlah penelitian menunjukkan, penyebab dari beberapa masalah rongga mulut adalah dental plaque atau plak gigi.

Plak selalu berada dalam mulut karena pembentukannya selalu terjadi setiap saat, dan akan hilang bila menggosok gigi atau menggunakan benang khusus.

Plak yang dibiarkan, lama-kelamaan akan terkalsifikasi (berikatan dengan kalsium) dan mengeras sehingga menjadi karang gigi.

Mineralisasi plak mulai di dalam 24-72 jam dan rata-rata butuh 12 hari untuk matang.

Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi tempat menempelnya plak kembali sehingga kelamaan karang gigi akan semakin mengendap, tebal dan menjadi sarang kuman.

Karang gigi dapat terlihat kekuningan atau kehitaman, warna kehitaman biasanya akibat bercampur dengan rokok, teh, dan zat lain yang dapat meninggalkan warna pada gigi.

Jika dibiarkan menumpuk, karang gigi dapat meresorbsi tulang alveolar penyangga gigi dan akibatnya gigi mudah goyang dan tanggal.

Kalau kita berbicara mengenai gigi, tentu tidak terlepas dari membicarakan jaringan penyangga gigi (jaringan periodontal). Jaringan periodontal ini yang menjadi tempat tertanamnya gigi.

Jaringan ini terdiri dari gusi, sementum, jaringan pengikat tulang penyangga gigi (alveolar). Jaringan penyangga gigi inilah yang mengikat gigi, pembuluh darah dan persarafan menjadi satu kesatuan.

Karang gigi mengandung banyak kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka kuman-kuman dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi tersebut. Bila sudah infeksi maka masalah lebih lanjut bisa timbul.

Penderita biasanya mengeluh gusinya terasa gatal, mulut berbau tak sedap, sikat gigi sering berdarah, bahkan adakalanya gigi dapat lepas sendiri dari jaringan penyangga gigi.

Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang alveolar) akan menyebabkan tulang penyangga gigi menipis sehingga pada perbandingan panjang gigi yang tertanam pada tulang dan tidak tertanam, gigi akan goyang dan mudah tanggal.

Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman infeksi jaringan penyangga gigi juga dapat menyebar ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah, kuman dapat menyebar ke organ lain seperti jantung. Karena itu, ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu oleh infeksi dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung (miokarditis) termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.

Oleh karena itu, masalah karang gigi tidak dapat disepelekan. Bila plak sudah mengendap menjadi karang gigi maka penyikatan sekeras apa pun dengan sikat gigi biasa tidak akan menghilangkannya.

Satu-satunya cara untuk mengatasi karang gigi adalah dengan pergi ke dokter gigi untuk dibersihkan agar terhindar dari penyakit yang lebih berat dan tentunya butuh biaya yang lebih besar.

Karang gigi harus dibersihkan dengan alat yang disebut scaler. Ada yang manual ataupun dengan ultrasonic scaler. Setelah dibersihkan dengan scaler, karang gigi akan hilang dan gigi menjadi bersih kembali.

Namun, karang gigi dapat timbul kembali apabila kebersihan gigi tidak dijaga dengan baik. Dianjurkan melakukan tindakan pencegahan sebelum karang gigi timbul yaitu dengan menyikat gigi secara teratur dan sempurna.

Dental floss juga perlu digunakan untuk membersihkan permukaan antar dua gigi yang sering menjadi tempat terselipnya makanan dan menjadi tempat penimbunan plak. Obat kumur yang mengandung clorhexidine dapat digunakan untuk mencegah timbulnya plak, obat ini dapat digunakan setelah penyikatan gigi.

Cara Pencegahan Kalkulus

Pengenalan cara sehari-hari yang efektif untuk menjaga oral hygiene seperti:

1. Sikat Gigi

Semua orang tahu tentunya cara yang satu ini, mungkin juga sudah dilakukan setiap hari. Jadi yang penting di sini adalah pengenalan teknik sikat gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta gigi yang tepat.

Teknik sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim dikenal umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena adanya cara demikian lambat laun dapat menimbulkan resesi gingival dan abrasi gigi.

Lebih lanjut lagi, penyakit-penyakit periodontal akan lebih mudah terjadi. Pemilihan bulu sikat yang halus juga penting supaya tidak melukai gusi.

Hendaknya sikat gigi diganti sekurang-kurangnya tiap 3 bulan sekali atau sampai bulu sikat terlihat mekar.

2. Kumur-kumur Larutan Antiseptik (oral rinse)

Terdapat berbagai bahan aktif yang sering digunakan dalam obat kumur. Yang dijual bebas umumnya berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti metil salisilat (seperti bahan produk Listerine), sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah chlorhexidine 0,2% (seperti pada produk Minosep) dan H2O2 1,5% atau 3%.

Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat. Sebenarnya kumur-kumur lebih diperlukan pada penyakit gusi dan periodontal sedangkan dalam penggunaan sehari-hari tidak terbukti dalam mencegah karies, apalagi jika penggunaannya tidak di awali dengan sikat gigi.

Bahkan jika kumur-kumur dengan larutan antiseptik terlalu sering digunakan akan menyebabkan flora normal mulut akan mati dan merangsang pertumbuhan candida serta membuat mulut akan kering dan seperti terbakar.

3. Dental Floss

Akhir-akhir ini mulai banyak diperkenalkan dan cukup ampuh membersihkan sela-sela gigi. Tetapi harus menggunakan teknik yang tepat, karena jika tidak akan melukai gusi dan terjadi peradangan.

4. Pembersih Lidah

Pembersih lidah juga mulai banyak digunakan, baik untuk membersihkan dorsum lingual yang sering kali luput kita bersihkan saat sikat gigi. Tumpukan debris di dorsum lidah penuh dengan kuman-kuman oportunis serta candida yang bermukim sebagai flora normal maupun transient.

Treatment Dan Prosedur Scaling

Sebelum dilakukan scaling, biasanya akan dilakukan pemeriksaan gigi secara menyeluruh. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien ekstra dan intra-oral.

Secara ekstraoral akan dilihat apakah ada pembengkakan kelenjar limfe di kepala dan leher sebagai tanda adanya penyebaran infeksi dan anamnesis.

Kemudian pemeriksaan intra-oral untuk melihat keadaan dalam mulut pasien.

Selain melihat keadaan giginya, dilihat juga keadaan jaringan lunak lainnya, seperti gingival, palatum dan lidah, karena beberapa penyakit sistemik memberikan gambaran yang khas dalam mulut, contohnya diabetes, herpes dan leukemia.

Operator yang Sedang Melakukan Tindakan Scaling
Operator yang Sedang Melakukan Tindakan Scaling

Setelah semua pemeriksaan dilakukan baru akan di lakukan scaling mengkombinasikan antara manual dan ultrasonic scaler untuk membuang kalkulus yang keras dan melekat erat pada permukaan gigi.

Kalkulus yang berada di dalam subgingiva juga dapat dibersihkan dengan menggunakan tip yang kecil dan tipis agar bisa masuk ke dalam poket dan sulcus gingival.

Manual scaler dipakai untuk membuang sisa-sisa karang gigi pada permukaan gigi yang lebih sensitif dan tidak bisa menggunakan ultrasonic scaler.

Pada pasien dengan kalkulus yang dalam dan gingivitis, kontak minimal dengan gusi akan menimbulkan pendarahan dan menimbulkan rasa sakit, biasanya akan dilakukan anestesi lokal oleh dokter gigi.

Peralatan ultrasonic scaler merupakan satu perangkat scaler yang terdiri dari handpiece scaler dan tip scaler.

Tip scaler dapat diganti sesuai dengan kebutuhan. Ujung dari tip scaler pada saat dioperasikan akan bergetar dengan frekuensi yang cepat dan halus yang akan menghancurkan karang gigi tanpa merusak permukaan gigi, karena permukaan tip scaler yang halus.

Kemudian dikombinasikan dengan keluarnya air dari ujung tip yang berfungsi untuk mengirigasi, membersihkan debris dan mendinginkan area yang dibersihkan.

Ultrasonic Scaler
Ultrasonic Scaler

Setelah scaling, dilakukan root planning dengan pemolesan atau polishing. Prosedurnya sederhana, gigi akan diolesi dengan pumice, yang berbentuk pasta tapi kasar seperti berpasir.

Kemudian gigi akan di sikat dengan bur brush pada permukaan yang discaling untuk membuang sisa karang gigi, menghaluskan permukaan gigi dan menimbulkan sensasi segar dalam mulut pasien, sehingga mulut terasa bersih dan segar.

Diharapkan dengan permukaan gigi yang halus, mempersulit terakumulasinya kembali plak dan bakteri, terbentuk perlekatan gingival baru yang lebih baik dan berkurangnya kedalaman poket gingival yang menjadi media bakteri.

Pemolesan Gigi Menggunakan Bur Brush 
Pemolesan Gigi Menggunakan Bur Brush 

Biasanya sesudah dibersihkan, gigi terasa lebih sensitif. Hal ini adalah wajar, terutama bila sebelumnya sudah mempunyai masalah gigi sensitif.

Karena permukaan dentin yang terbuka, sebelumnya tertutup oleh calculus yang menghalangi gigi dari iritasi eksternal tapi setelah dibersihkan permukaan dentin terbuka kembali dan menimbulkan rasa lebih sensitif.

Hal ini bisa diatasi dengan melakukan topical fluoridasi, perawatan desensitisasi oleh dokter gigi dan perawatan di rumah, menggunakan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif.

Penggunaan obat kumur yang mengandung chlorhexidine sebagai antimicrobial dan antibiotik oral juga terkadang dibutuhkan untuk beberapa kasus terutama untuk pasien berpenyakit sistemik dan pasien pasca-operasi jantung yang berisiko tinggi terinfeksi endocarditis bacterialis.

Penutup

  • Kalkulus adalah endapan yang melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam mulut.
  • Karang gigi terdiri dari 2 macam, yaitu supragingival kalkulus dan subgingival kalkulus.
  • Proses pembentukan kalkulus di awali oleh plak gigi yang terdapat pada permukaan gigi yang mengalami kalsifikasi dan mengeras.
  • Kalkulus dapat dihindari dengan cara menyikat gigi, menggunakan benang gigi, kumur-kumur larutan antiseptik dan menggunakan pembersih lidah.
  • Namun, jika kalkulus terlanjur terjadi, maka dapat dilakukan scaling untuk membersihkannya.

Referensi

Estlander, T., Alanko, K., & Jolanki, R. (2011). Dental materials. Contact Dermatitis, 653–678. https://doi.org/10.1007/3-540-31301-X_36.

Koeseomah, H. A., & Dwiastuti, S. A. P. (2017). Histologi dan Anatomi Fisiologi Manusia: Bahan Ajar Keperawatan Gigi. Kementerian Kesehatan RI, 44(8), 1689–1699. http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150

5/5 – (2 votes)

Yuk, Kami juga Ada di Google News, KLIK DISINI!

Artikel Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *