Sampel Penelitian – Pengertian, Syarat, Teknik, Besar Sampel

Sampel Penelitian

Sampel Penelitian – Dalam penelitian, pemakaian sampel sering kali tak terhindarkan terutama bila ukuran populasi sangat besar atau jumlah anggota populasi yang diteliti tak terhingga. Sampel, pada dasarnya mempunyai peranan sangat penting dalam penelitian karena salah satu faktor penentu kualitas penelitian adalah kualitas sampel. Sampel yang berkualitas disebut juga sebagai sampel yang representatif.

Pengertian Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mana ciri-cirinya diselidiki atau diukur.

Untuk memberikan pengertian tentang sampel dalam penelitian, terlebih dahulu akan diberikan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan prinsip sampling, kemudiaan baru akan diberi definisi tentang sampel penelitian.

Bacaan Lainnya

Contoh:

Pada waktu Chef Hotel memasak sayur lodeh, setelah memberi garam secukupnya, tentu Chef ingin tahu apakah sayur lodehnya cukup asin atau belum, untuk mengetahuinya, Chef mengaduknya terlebih dahulu sampai rata, kemudian diambilnya sesendok kuah lodeh dan dicicipinya, jika dirasa sudah cukup asin, maka dari sesendok kuah sayur tadi Chef bahwa sepanci sayur lodehnya sudah cukup asin. Chef tidak perlu merasakan seluruhnya.

Dari contoh di atas, sesendok sayur, satu dua kali mencoba beberapa menu dapat dianalogikan dengan sampel penelitian.

Alasan Pengambilan Sampel

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, suatu penelitian tidak perlu mengambil data dari seluruh populasi, tapi cukup mengambil sebagian data dari anggota populasi sebagai wakil dari populasi tersebut yang disebut sampel.

Baca Juga: Masalah Penelitian, Ini Solusinya!

Berikut akan diuraikan perlunya pengambilan sampel dalam suatu penelitian. Alasan perlu dilakukan pengambilan sampel dalam suatu penelitian adalah:

1. Objek Penelitian yang Homogen

Dalam menghadapi objek penelitian yang homogen atau 100% sama, sensus tidak perlu dilakukan, cukup hanya dengan melakukan sampling untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Objek Penelitian yang Mudah Rusak

Dalam menghadapi objek penelitian yang mudah rusak, pengambilan keseluruhan akan merusak objek yang akan diteliti. Misalnya meneliti kadar trombosit dalam darah tidak mungkin mengambil seluruh darah untuk dianalisis.

3. Penghematan Biaya dan Waktu

Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan sensus jauh lebih besar dibandingkan dengan sampling, sehingga penggunaan sensus banyak menimbulkan pemborosan, sedangkan penggunaan sampling lebih efisien.

Hal ini disebabkan pada sensus objek yang akan diteliti jauh lebih banyak dibandingkan pada sampling. Demikian pula dengan waktu. Waktu yang digunakan untuk melakukan sensus lebih lama jika dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk melakukan sampling.

4. Masalah Ketelitian

Pada sensus objek yang harus diteliti lebih banyak dibandingkan dengan sampling, sehingga keakuratan hasil penelitiannya juga lebih kecil dari pada sampling. Pengalaman mengatakan bahwa semakin banyak objek yang diteliti, semakin kurang ketelitian yang dihasilkan.

5. Ukuran Populasi

Untuk populasi yang tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki anyak objek tidak terhingga banyaknya, sensus tidak mungkin dilakukan. Namun untuk populasi berhinggapun, jika memiliki objek yang sedemikian besarnya, sensus juga sulit untuk dilaksanakan. Untuk keadaan seperti ini, sampling lebih cocok digunakan.

6. Faktor Ekonomis

Faktor ekonomis diartikan apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan untuk penelitian tersebut. Jika tidak, maka alternatifnya dilakukan sampling.

Syarat Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang representatif sehingga dapat digeneralisasikan atau ditarik kesimpulan umum adalah:

  • Digunakan prinsip probabiltas (random sampling)
  • Jumlah sampel memadai
  • Ciri-ciri populasi dipenuhi secara ketat
  • Variasi antar unit populasi sekecil mungkin

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dapat menentukan mutu atau hasil akhir suatu penelitian. Jika teknik yang digunakan tidak tepat ataukah keliru dalam menerapkannya maka penelitian tersebut dapat dipertanyakan dan mungkin kemaknaannya akan hilang.

Untuk menghindari hal ini perlu pengetahuan tentang teknik sampling sangat diperlukan. Secara umum teknik pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu secara random/probability dan non random/non probability.

Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian menggunakan pendekatan sampling, antara lain:

  1. Jika pengambilan sampel didasarkan atas dasar prinsip probabilitas, maka penggunaan data dari sampel untuk pengambilan kesimpulan tentang populasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
  2. Jika populasi homogen, sampel adalah identik dengan populasinya.
  3. Penghematan biaya dan waktu. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan sensus jauh lebih besar dibandingkan dengan sampling, sehingga penggunaan sensus banyak menimbulkan pemborosan, sedangkan penggunaan sampling lebih efisien. Hal ini disebabkan pada sensus objek yang akan diteliti jauh lebih banyak dibandingkan pada sampling. Demikian pula dengan waktu. Waktu yang digunakan untuk melakukan sensus lebih lama jika dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk melakukan sampling.
  4. Masalah ketelitian. Pada sensus objek yang harus diteliti lebih banyak dibandingkan dengan sampling, sehingga keakuratan hasil penelitiannya juga lebih kecil dari pada sampling. Pengalaman mengatakan bahwa semakin banyak objek yang diteliti, semakin kurang ketelitian yang dihasilkan.
  5. Ukuran populasi. Untuk populasi yang tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki banyak objek tidak terhingga banyaknya, sensus tidak mungkin dilakukan. Namun untuk populasi berhinggapun, jika memiliki objek yang sedemikian besarnya, sensus juga sulit untuk dilaksanakan. Untuk keadaan seperti ini, sampling lebih cocok digunakan.
  6. Faktor ekonomis diartikan apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan untuk penelitian tersebut. Jika tidak, maka alternatifnya dilakukan sampling.

Langkah Pengambilan Sampel

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menentukan populasi (Defined the Population)

Dalam menentukan populasi, populasi dibagi atas empat komponen yaitu: elemen, unit sampling, tempat dan waktu penelitian.

2. Spesifikasi Sampling Frame (Spesified Sampling Frame)

Spesifikasi sampling frame atau kerangka sampling mempunyai tujuan untuk memaparkan secara jelas dan spesifik dari elemen populasi, Dalam spesifikasi sampling frame yang perlu dijelaskan adalah target populasi dan populasi sampling.

3. Spesifikasi Unit Sampling (Spesified Sampling Unit)

Unit sampling merupakan unit dasar dari elemen populasi yang akan dijadikan sampel, tetapi kadang-kadang dapat berdiri sendiri menjadi komponen populasi atau merupakan unit unit sampling dari elemen populasi.

4. Seleksi Metode Sampling (Spesified Sampling Method)

Dalam hal ini ditentukan metode sampling yang akan digunakan. Metode sampling yang dapat digunakan adalah teknik probabilitas (Probability Sampling Method) dan teknik non-probabilitas (Non Probability Sampling Method).

5. Menentukan Ukuran Sampel (Determine Sampling Size)

Penentuan besar sampel tergantung pada jenis studi, homogenitas populasi, jenis sampel, serta jumlah dana dan personel yang tersedia.

6. Mempersiapkan Sampling Plan (Specified Sampling Plan)

Kegiatan ini adalah merencanakan bagaimana keputusan-keputusan yang telah diambil dapat dilaksanakan secara baik dilapangan, meliputi kelengkapan perangkat lunak dan populasi itu sudah cukup representatif untuk diteliti.

Sebaliknya apabila populasi itu secara sempurna tidak seragam (completely heterogenous) maka hanya pen maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang representatif.

Syarat Sampel Penelitian

Secara skematis, menurut Hastono, penarikan sampel dibagi menjadi dua, yaitu pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling).

Sebelum kita bahas lebih lanjut tentang teknik sampling atau metode pengambilan sampel ada beberapa istilah yang erat kaitannya dengan proses pengambilan sampel.

Istilah istilah tersebut diantaranya adalah: kerangka sampel, rancangan sampel, dan random. Kerangka sampel (sampling frame) adalah daftar unit-unit yang ada pada populasi yang akan diambil sampelnya.

Sebagai contoh, jumlah ibu hamil di suatu daerah, jumlah balita di suatu posyandu, dan daftar nomor telepon. Kerangka sampel harus “up to date”. Untuk menjaga sifat “up to date” ada baiknya kerangka sampel dibuat sendiri oleh peneliti sebelum melakukan sampling sehingga tidak akan mengalami kesulitan pada saat penelitian dilaksanakan.

Macam-macam Teknik sampling

Untuk  teknik sampling, akan kami terangkan secara jelas di bawah ini:

Sampling secara Acak (Probability Sampling)

Sampling secara acak adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana semua unsur yang ada di populasi mempunyai peluang yang sama untuk terambil sebagai sampel.

Agar seluruh unsur populasi memiliki peluang yang sama menjadi sampel maka dalam penentuan sampel yang mewakili populasi ditentukan atau diambil secara acak (random).

Berikut ini beberapa metode pengambilan sampel acak yaitu: Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang penarikan sampel secara acak (probability sampling).

1. Acak Sederhana (Simple Random Sampling = SRS)

Pengambilan sampel secara acak sederhana dapat dilaksanakan apabila populasi tidak begitu banyak variasinya dan secara geografis tidak terlalu menyebar, di samping itu harus ada daftar populasi (sampling frame).

2. Sampel Strata (Stratified Random Sampling)

Populasi umumnya bersifat heterogen dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu agar semua sifat dapat terwakili, terlebih dahulu populasi tersebut dibagi menjadi beberapa strata, misalnya pendidikan (tinggi, sedang, kurang), ekonomi (kaya, sedang, miskin).

3. Dispropotionate Stratified Random Sampling

Teknik pengambilan sampel ini untuk menentukan jumlah sampel apabila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.

4. Klaster (Cluster Sampling)

Apabila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, teknik sampling ini digunakan untuk menentuan sampel. Di dalam pelaksanaan di lapangan kadang-kadang kerangka sampel juga sulit diperoleh sehingga seharusnya peneliti membuatnya sebelum turun mengumpulkan data.

Sampling secara Tidak Acak (Non Probability Sampling)

Menurut Sugiyono, Non Probability Sampling (Sampling tidak acak) adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Berbeda dengan Sampling secara acak, pada metode pengambilan secara tidak acak, tidak semua unsur didalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk tertarik sebagai sampel.

Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang penarikan sampel secara tidak acak (non probability sampling).

1. Sistematis Random Sampling

Sampel yang diambil secara acak hanya unsur pertama, selanjutnya diambil secara sistematik sesuai langkah yang sudah ditetapkan.

Syarat penarikan sampel secara sistematis ini adalah tersedianya kerangka sampling; populasinya mempunyai pola beraturan seperti blok rumah; nomor urut mahasiswa; dan populasi sedikit homogen.

2. Purposive Sampling

Metode purposive sampling dapat dilakukan ketika peneliti telah memahami karakteristik dari populasi, atau sampling dilakukan oleh orang yang telah mengenal betul populasi yang akan diteliti (seorang ahli di bidang yang akan diteliti).

Penentuan sampel selanjutnya berdasarkan tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetepakan serta mewakili karakteristik dari populasi.

3. Insidental Sampling

Sampel insidental atau aksidental (insidental sampling atau accidental sampling) adalah pengambilan sampel dilakukan atas dasar seadanya tanpa direncanakan terlebih dahulu dan penggambaran hasil dari pengumpulan data tidak didasarkan pada suatu metoda yang baku.

4. Quota Sampling

Quota sampling (Sampling kuota) adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu samapi jumlah (kuota) yang diinginkan tercapai.

Sebelum mulai pengambilan sampel telah ditentukan jumlah yang akan diambil, kalau jumlah sampel tersebut sudah dicapai, pengumpulan data berhenti, selanjutnya hasil itu dipresentasikan.

6. Sampling Jenuh

Teknik pengumpulan sampel ini digunakan apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi relatif kecil kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain dari sampling jenuh adalah sensus, semua anggota populasi dijadikan sampel.

7. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar, ibarat seprti bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar.

Awalnya saat penentuan sampel, dipilih satu atau dua orang, tapi saat pelaksanaan sampel dua orang ini dirasa belum lengkap datanya , maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sampel sebelumnya, begitu seterusnya sehinggga jumlah sampel semakin banyak.

Besar Sampel

Pertanyaan yang sering muncul ketika hendak melakukan penelitian adalah berapa besar atau seberapa banyak sampel yang harus ”diambil” agar dapat mewakili populasinya?

Sampel yang dapat mewakili populasinya atau representatif terhadap populasinya harus memenuhi dua hal yaitu besar sampel dan cara pengambilan sampel.

Besar sampel saja tidak menjamin bahwa sampel akan mewakili karakteristik populasinya tanpa memperhatikan cara pengambilannya.

Sebaliknya cara pengambilan sampel yang menganut azas probabilitas atau random tidak dengan sendirinya akan memperoleh sampel yang representatif terhadap populasinya tanpa memperhitungkan besar sampel terhadap populasinya.

Besar sampel tergantung pada hal-hal berikut ini:

1. Jenis penelitian

Jika penelitian besifat eksploratif maka satu sampel saja mungkin sudah cukup, namun jika penelitian bertujuan untuk melakukan generalisasi maka sampel harus representatif terhadap populasi sehingga perlu memperhatikan besar sampel selain cara pengambilan sampelnya.

2. Skala Ukur Variabel Dependen

Apakah berskala kategorikal atau kontinu; dan derajat ketepatan perkiraan yang diinginkan, makin tinggi derajat ketepatan yang diinginkan maka makin besar pula sampel yang dibutuhkan.

Besar sampel juga ditentukan oleh tujuan penelitian apakah untuk mengestimasi nilai populasi atau untuk menguji hipotesis. Berikut akan dijelaskan beberapa contoh perhitungan besar sampel berdasarkan tujuan penelitian.

Sampel Yang Representatif

Perihal pengambilan sampel merupakan salah satu langkah dalam penelitian yang sangat penting, oleh karena kesimpulan penelitian pada hakekatnya adalah generalisasi dari sampel menuju populasi. Generalisasi akan menjadi optimal, jika dalam tahap sampling di penuhi beberapa persyaratan, yaitu:

  1. Digunakan prinsip probabilitas (random sampling)
  2. Jumlah sampel memadai
  3. Ciri-ciri populasi dipenuhi secara ketat
  4. Variasi antar unit populasi sekecil mungkin

Dalam bukunya, Sugiyono menyebutkan saran-saran untuk ukuran sampel penelitian sebagai berikut:

  1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adala antara 30 sampai dengan 500
  2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misal: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lainlain) maka jumlah sampel setiap kategori minimal 30.
  3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya) maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah

Demikian artikel ini kami buat sebagai bahan bacaan dan referensi untuk anda yang sedang menyusun skema penelitian berupa skripsi maupun thesis.

5/5 – (2 votes)

Yuk, Kami juga Ada di Google News, KLIK DISINI!

Artikel Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *