KB MAL (Metode Amenorhoe Laktasi)

KB MAL

Pengertian MAL

Metode Amenorhoe Laktasi atau MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya.

kb mal adalah

MAL menggunakan praktik menyusui untuk menghambat ovulasi sehingga berfungsi sebagai kontrasepsi.

Bacaan Lainnya

Apabila seorang wanita memiliki seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan dan amenore serta menyusui penuh, kemungkinan kehamilan terjadi hanya sekitar 2%.

Namun, jika tidak menyusui penuh atau tidak amenorea, risiko kehamilan akan lebih besar. Banyak wanita akan memilih bergantung pada metode kontrasepsi lain seperti pil hanya progesteron serta MAL.

Syarat

MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila (Syarat):

  1. Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian >8 x sehari.
  2. Belum haid.
  3. Umur bayi kurang dari 6 bulan (Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK-1).

Cara Kerja

Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami karena hisapan bayi pada puting susu dan areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan kehipotalamus, hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin.

Hormon prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk memproduksi susu. Gambar skema cara kerja MAL.

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan kehipofiseanterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses involusi.

Oksitosin yang sampai pada alveoli akan merangsang kontraksi dari selakan memeras ASI yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk kesistem duktulus yang selanjutnya mengalirkan melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.

Hipotesa lain yang menjelaskan efek kontrasepsi pada ibu menyusui menyatakan bahwa rangsangan syaraf dari puting susu diteruskan kehypothalamus, mempunyai efek merangsang pelepasan betaendropin yang akan menekan sekresi hormon gonadotropin oleh hypothalamus.

Akibatnya adalah penurunan sekresi dari hormon Luteinizing Hormon(LH)yang menyebabkan kegagalan ovulasi.

Keuntungan kontrasepsi MAL

  1. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan).
  2. Tidak mengganggu senggama.
  3. Tidak ada efek samping secara sistemik.
  4. Tidak perlu pengawasan medis.
  5. Tidak perlu obat atau alat.
  6. Tanpa biaya.

Keuntungan nonkontrasepsi MAL

Untuk bayi

  • Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI).
  • Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal.
  • Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air dan susu formula.

Untuk ibu

  • Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
  • Mengurangi risiko anemia.
  • Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.

Keterbatasan MAL

  • Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.
  • Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
  • Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.
  • Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.

Yang boleh menggunakan MAL

  • Ibu yang menyusui secara eksklusif.
  • Bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
  • Belum mendapat haid setelah melahirkan.

Yang seharusnya tidak memakai MAL

  • Sudah mendapat haid setelah bersalin.
  • Tidak menyusui secara eksklusif.
  • Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
  • Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam

Keadaan yang memerlukan perhatian

No.KeadaanAnjuran
1.Ketika mulai memberikan makna pendamping secara teratur (menggantikan satu kali menyusui)Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
2.Ketika haid sudah kembaliMembantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
3.
Bayi menghisap susu tidak sering (On Demand) atau jika
Membantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
4.Bayi berumur 6 bulan atau lebihMembantu klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.

Hal yang harus disampaikan kepada klien

  1. Seberapa sering harus menyusui. Bayi disusui sesuai kebutuhan bayi(on demand). Biarkan bayi menyelesaikan hisapan dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir. Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.
  2. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
  3. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepas hisapannya.
  4. Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam membantu pertahanan kecukupan persediaan ASI.
  5. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
  6. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
  7. Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan pendamping ASI. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan. (Berat Badan naik sesuai umur, sebelum BB naik minimal 0,5kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari).
  8. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.
  9. Haid, ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.
  10. Untuk kontrasepsi dan kesehatan. Bila menyusui tidak secara eksklusif atau berhenti menyusui maka perlu ke klinik KB untuk membantu memilihkan atau memberikan metode kontrasepsi lain yang sesuai.

Beberapa catatan dari konsensus untuk mencapai keefektifan 98%.

  1. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama).
  2. Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan.
  3. Belum dianggap haid).
  4. Bayi menghisap secara langsung.
  5. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
  6. Pola, emyusui on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan) dan dari kedua payudara.
  7. Sering menyusui selama24 jam termasuk malam hari.
  8. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.

Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh cara menyusui, seringnya menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak antara menyusui dan kesungguhan menyusui.

Setelah berhasilkan aman untuk memakai MAL maka ibu harus menerapkan menyusui  secara eksklusif sampai dengan enam bulan.

Untuk mendukung keberhasilan menyusui eksklusif dan MAL maka beberapa hal yang penting untuk diketahui yaitu cara menyusui yang benar meliputi posisi, perlekatan dan menyusui secara efektif.

Kesimpulan

Metode amenore laktasi (MAL) merupakan salah satu metode kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI). Metode ini memberikan banyak keuntungan bagi pemakainya. Selain memberikan keuntungan kontraseptif. Namun sebagai mana layaknya jenis metode kontrasepsi lainnya,MAL juga mempunyai beberapa keterbatasan.

Metode Amenore Laktasi (MAL) bekerja dengan cara menekan atau menunda terjadinya proses ovulasi,yaitu dengan peningkatan hormon prolaktin sebagai akibat respons terhadap stimulus pengisapan berulang pada saat menyusui.

Penggunaan MAL bagi ibu pospartum sebagai metode kontrasepsi dapat diandalkan sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi.

Semakin lama ibu memulai untuk menyusui bayinya,menstruasi akan semakin cenderung terjadi kembali selama masa menyusui tersebut,dan makin cenderung timbul ovulasi yang mendahului menstruasi pertama postpartum. Sebaliknya, semakin sering mengisap ASI, maka semakin lama kembalinya atau tertundanya menstruasi ibu.

5/5 – (1 vote)

Yuk, Kami juga Ada di Google News, KLIK DISINI!

Artikel Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *