Adakah yang lebih sepi dari jantung yang berdetak sendirian? Adakah damai untuk rasa yang menggantung, yang tidak dimengerti oleh seseorang yang kaucintai? Ataukah kau mengerti, bila sebuah pengalaman manis ditutup dengan perpisahan maka ia mati jadi kenangan yang menghantui?
Tidak. Kau tidak mengerti.
Lagi-lagi, seorang lelaki yang mesti memperjelas ini.
Dengar, Praha. Rinduku padamu seperti pengembara yang salah jalan. Ujungnya tidak pernah kelihatan. Awalnya tidak lagi bisa ditemukan. Kau datang, lantas hilang. Kau sialan! Kenapa tak sekalian tikam dadaku dengan pisau itu?
Padahal. Sebelum melihatmu, aku percaya dunia ini sudah kehabisan sesuatu untuk dicintai. Kau, Praha. Sesuatu yang berharga. Satu-satunya. Seperti tetes embun terakhir di pohon kaktus. Dan aku kadal gurun yang kulitnya pecah belah. Kering. Sekarat. Dirongrong elang.
Aku harus bagaimana, Praha?
***
#FiksiLaguku ini terinspirasi oleh lagu James Wendt, So Much More to Say. 123 kata, semoga berharga.