Triple Diagnosis Pada Kanker Payudara – Kanker payudara atau KPD masih menjadi topik hangat dikalangan peneliti onko di seluruh dunia. Hal tersebut dibuktikan dengan rasio kasus pasien dan kematiannya yang masih bertengger diposisi kedua di dunia. Lambatnya skrining menyebabkan penegakan diagnosis menjadi lambat sehingga seringkali pasien datang ke layanan kesehatan dalam keadaan stadium lanjut. Lambatnya penegakan diagnosis melalui medical check up umumnya banyak terjadi pada negara berkembang seperti di Indonesia.
Oleh karena itu, sangat penting memiliki pemahaman dasar tentang skrining kanker payudara agar tidak terlambat dalam penanganannya. Beberapa laboratorium di Indonesia sudah menyediakan beragam tes diagnosa kanker dan informasi tersebut dapat anda temukan di TANYADNA.ID.
Seperti pada jenis kanker lain, diagnosis kanker payudara dapat berupa diagnosis klinis maupun patologis. Diagnosa secara patologi diperoleh dengan biopsi atau spesimen operasi, sedangkan diagnosis klinik diperoleh dengan triple diagnosis. Untuk mengetahui lebih jelas tentang triple diagnosis, yuk simak penjelasannya!
Apa itu Triple Diagnosis?
Triple diagnosis adalah pendekatan diagnostik pada tumor payudara yang tidak jelas/ganas yang meliputi pemeriksaan klinis, radiologi dan sitologi. Diharapkan dengan tiga jenis pemeriksaan tersebut maka kemungkinan false kurang dari 1%. Dalam penegakannya diharuskan memenuhi standar ketika melakukan pemeriksaan. Pada triple diagnosis benign didapatkan insidensi keganasan tumor payudara 0-0,6% sedangkan pada maligna didapatkan keganasan 99-100%.
Jenis-Jenis
Selanjutnya jenis-jenis dari Triple diagnosis dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan bagian dari triple diagnosis meliputi anamnesi dan pemeriksaan fisik. Melalui anamnesi, kita dapat mengetahui informasi mengenai jinak atau ganasnya suatu tumor, riwayat pengobatan pasien, faktor resiko yang menjadi penyebab tumor, serta penyakit lainnya dari pasien yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pengobata pasien.
Perlu diketahui bahwa tumor dikatan ganas apabila menunjukkan ciri yang progresif, metastasis dan infiltratif. Tumor Payudara dikatakan proresif apabila membesar 2 kali lipat dalam waktu kurang dari 100 hari. Waktu terbaik untuk melakukan pemeriksaan fisik payudara pada hari ke-7 sampai dengan ke-10 yang dihitung dari hari pertama mestruasi pasien. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada waktu pengaruh hormon estrogen terhadap payudara paling rendah sehingga payudara akan lebih lunak.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan selanjutnya adalah radiologi yang meliputi penegakan diagnosis menggunakan mamografi atau USG mama. Indikasi dari mamografi akan menentukan skrining, diagnosis, staging dan modilitas operasi pada pasien. Untuk USG payudara dapat digunakan untuk diagnosis lesi kecil, mendeteksi dan mengevaluasi massa yang tidak terlihat pada mamografi serta sebagai panduan untuk melakukan FNA (Fine Needle Aspiration) atau biopsi ketika massa tidak teraba.
Pemeriksaan USG untuk mendeteksi lesi pada payudara dengan densitas yang lebih padat dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu Automated whole Breast Ultrasound (ABS) dan Automated Breast Volume Scanner (ABVS).
3. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi pada kanker payudara biasanya menggunakan metode FNA. Pemeriksaan lainnya sepeti imprint dan analisa cairan dari kista ataupun nipple discharge. Pemeriksaan dengan FNA biasanya dikerjakan setelah pemeriksaan radiologi agar hematom yang muncul waktu FNA tidak mengacaukan hasil pembacaan radiologi.
Kesimpulan
Triple diagnosis dilakukan untuk menegakkan hasil diagnosis kanker payudara sehingga perlu dilakukan sesuai dengan standar yang ada. Setelah diagnosis ditegakkan, maka perlu dilakukan staging untuk mengetahui stadium dan mencari metastasis tumor.
Pemeriksaan penunjang pada stagging ada yang rutin dan tambahan tergantung pada kondisi pasien. Pemeriksaan rutin seperti USG/mamografi, USG abdomen dan foto toraks sedangkan yang optional seperti bone scan, bone survey, atau bisa juga CT-scan kepala.