Perumusan hipotesis merupakan Iangkah penting dalam proses penelitian. Hipotesis umumnya hanya ditemukan atau disusun pada jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deduktif.
Pengertian Hipotesis
Apa yang dimaksud dengan hipotesis? Hipotesis berasal dari dua penggalan kata “hypo” yang artinya “di bawah/ lemah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran.
Jadi, hipotesis adalah kebenaran yang masih lemah, maka perlu diuji untuk menegaskan apakah hipotesis tadi dapat diterima atau harus diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empirik yang telah dikumpulkan dalam penelitian.
Dalam Bahasa Indonesia penulisan hipotesis adalah hipotesis bukan hipotesa. Sedangkan kata hipotesa sendiri merupakan penulisan kata tidak baku dari kata hipotesis yang merujuk pada awal pembentukan kata asalnya. Sementara kandungan makna hipotesis tetap sama yaitu sesuatu yang dianggap benar dan masih harus dibuktikan kebenarannya.
Dalam penelitian hipotesis dapat didefinisikan sebagai: “Penjelasan sementara yang diajukan untuk menerangkan fenomena problematik atau persoalan penelitian yang dihadapi”.
Hipotesis bisa juga diartikan sebagai rumusan jawaban sementara atau dugaan sehingga untuk membuktikan benar tidaknya dugaan tersebut perlu diuji terlebih dahulu.
Perlu diperhatikan, bahwa pengertian dugaan di sini tidak berarti sembarang dugaan tanpa dasar. Perumusan hipotesis harus mengindahkan kaidah ilmiah yang sistematis dan rasional.
Salah satu cara dalam menyusun hipoteis adalah dengan merujuk pada hasil-hasil studi sebelumnya yaitu setelah melakukan kajian literatur terhadap hasil-hasil studi sebelumnya.
Ciri-Ciri
Ciri perumusan hipotesis yang baik:
- Rumusan dalam kalimat deklaratif.
- Rumusan mengekspresikan korelasi antar dua variabel atau lebih.
- Merupakan jawaban tentative (sementara) terhadap permasalahan
- Memungkinkan untuk dibuktikan secara empirik, hal ini ditentukan oleh keterukuran variabel dan keterujian korelasi
- Cakupan yang jelas, singkat dan spesifik
- Berkaitan dengan teori yang telah mapan
Contoh Hipotesis
Agar diperoleh gambaran yang jelas tentang hipotesis, berikut ini ada sebuah ilustrasi, yang diambil dari kejadian sehari-hari.
Contoh Sederhana:
Pada suatu hari seorang mahasiswa menghidupkan mesin motornya untuk berangkat kuliah, setelah kunci motor pada posisi on ternyata mesin motor tidak hidup. Maka timbul permasalahan bagi mahasiswa tersebut. Mengapa mesin motor tidak mau hidup? Apakah gerangan sebabnya?
Berdasarkan pengetahuan teoritis yang pernah dipelajari sang mahasiswa dan berdasarkan pengalaman empirik yang telah diperolehnya, maka timbul dugaan “teoritis” yang paling mungkin atau dugaan yang beralasan dan logis sebagai berikut: mesin motor tidak mau hidup karena:
- BBM habis
- Businya kotor
- “accu”nya lemah.
Tentu si mahasiswa tidak akan mengajukan dugaan: motor tidak mau hidup karena ban motor bocor atau karena pelek motor diganti yang racing. Dugaan seperti ini tidak didukung oleh dasar “teoritis” dan dugaan tersebut bukanlah suatu hipotesis.
Berdasarkan dugaan diatas dirancangkan eksperimen atau observasi untuk mencari data agar dugaan tersebut dapat diterima atau harus ditolak.
Sebagai contoh: untuk membuktikan dugaan (hipotesis) bensin habis, dicari panel atau alat untuk melihat atau mengukur seberapa jumlah bensin yang ada.
Jika ternyata fakta atau data menunjukan ternyata BBM masih ada dan jumlahnya cukup, maka hipotesis (1) harus ditolak. Artinya tidak benar bahwa mesin tidak mau hidup karena kehabisan BBM.
Demikian seterusnya sehingga didapat fakta atau data empiris melalui eksperimentasi dan atau observasi sehingga semua hipotesis dapat diuji untuk diterima atau ditolak, sehingga pada akhirnya dapat diketahui jawaban mengapa mesin motor tidak mau hidup.
Unsur yang Mendasari Hipotesis
Di atas telah dikemukakan untuk menyusun suatu hipotesis perlu dikembangkan dengan landasan kajian teori atas penelitian-penelitian sebelumnya dan yang terbaru.
Untuk pengembangan, landasan teoritik ini ada tiga hal yang dapat dijadikan dasar oleh peneliti, yaitu:
- Teori yang telah mapan, yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang dihadapi.
- Fakta empirik atau informasi yang diketahui dari penelitian terdahulu.
- Konsep atau teori “imajinatif” peneliti sendiri (asumsi) yang dimunculkan dalam rangka melengkapi teori dan fakta empirik di atas agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang dihadapi.
Bila ketiga hal di atas dirangkai secara logis dan sistematis oleh peneliti, maka hipotesis yang dihasilkan menjadi “masuk akal atau rasional” dan mempunyai dasar yang kuat.
Untuk pengembangan landasan teoritik ini kemampuan analisis peneliti termasuk di dalamnya cara berpikir deduktif, akan amat membantu.
Dengan demikian, pembiasaan berpikir secara logik dan sistematik, baik yang diwujudkan secara lisan maupun tulisan, merupakan hal yang amat membantu kemampuan metodologik peneliti.
Operasionalisasi Hipotesis
Istilah operasionalisasi hipotesis dikandung pengertian “mendeduksi hipotesis sehingga memungkinkan untuk dilakukan observasi empirik, dalam rangka pembuktian kebenarannya”.
Operasionalisasi hipotesis dilakukan dengan melalui dua tahapan, yaitu:
- Mendeduksikan suatu hipotesis menjadi hipotesis (hipotesis-hipotesis) yang lebih operasional sifatnya.
- Mengidentifikasi dan merumuskan variabel penelitian dalam definisi operasional, yaitu memberikan pengertian pada variabel sehingga dapat diobservasi atau diukur (measurable).
Karakteristik Hipotesis
Meskipun suatu hipotesis berupa jawaban sementara atas suatu fenomena tertentu, isi hipotesis tersebut harus mengandung penjelasan yang masuk akal atau rasional. Hal yang mendasari hipotesis:
- Teori yang mapan, yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dihadapi.
- Fakta empirik atau informasi yang diketahui dari penelitian terdahulu.
- Konsep dari peneliti sendiri yang dimunculkan dalam rangka melengkapi teori.
Jenis-Jenis Hipotesis Penelitian
Selanjutnya hipotesis sendiri dapat digolongkan dengan dua cara. Pertama, berdasarkan bagaimana hipotesis tersebut diturunkan (proses logika) dan yang kedua berdasarkan bagaimana hipotesis tersebut diformulasikan (bentuk pernyataan).
Uraian berikut menggambarkan kedua penggolongan tersebut dengan memperkenalkan istilahistilah seperti hipotesis deduktif, hipotesis induktif, hipotesis penelitian, dan hipotesis nol.
Hipotesis-hipotesis berdasarkan variabel yang akan diuji dibedakan menjadi:
Hipotesis Hubungan
Hipotesis tentang hubungan, yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih, mendasari berbagai penelitian korelasional.
Contoh: “Ada perbedaan prestasi belajar mahasiswa Teknologi Bank Darah antara yang diajar dengan metode ceramah dan tanya jawab serta metode diskusi”.
Hipotesis Perbedaan
Hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda-beda.
Perbedaan itu seringkali karena pengaruh perbedaan yang terdapat pada satu atau lebih variabel yang lain. Hipotesis tentang perbedaan itu mendasari berbagai penelitian komparatif.
Contoh: “Ada perbedaan prestasi belajar mahasiswa TBD antara yang diajar dengan metode ceramah + tanya jawab (CT) dan metode diskusi (penelitian eksperimen)”.
Hipotesis berdasarkan rumusannya dapat dibedakan dalam:
Hipotesis Aktif
Hipotesis aktif atau disebut juga hipotesis kerja, yaitu hipotesis dengan hubungan sebab akibat.
Contoh: “Ada hubungan frekuensi donasi dengan penurunan kadar hemoglobin pada pendonor darah”. “dan hubungan berat badan pendonor dengan kadar trombosit dalam produk Thrombocyte Concentrate (TC)”.
Hipotesisi Pasif
Hipotesis pasif atau disebut juga hipotesis nihil yaitu adanya suatu kesamaan atau tidak adanya perbedaan yang bermakna, antara dua kondisi yang dipermasalahkan.
Contoh: “Tidak ada hubungan antara tingkat kedisiplinan mahasiswa Teknologi Bank Darah dengan jarak tempat tinggal”.
Hipotesis Hubungan
Hipotesis yang diduga terdapat adanya hubungan Ada beberapa contoh pernyataan kausalitas/hubungan, yaitu:
- …………………….…….……. mengakibatkan…………………………..…
- …………………….……..……disebabkan ……………………………………
- ……………………..…….mendorong terjadinya ……………..………..
- …………………………..berhubungan dengan …..………………………
- …………………………..…….mempengaruhi……………………..………….
- ………………………………..berasosiasi dengan…………………………..
- ………………………….………….menghasilkan……………………………
- Jika……………………..………….., maka……………………..………………..
- Semakin …………………..……, semakin …………………………………….
- ………………………….menaikkan/menurunkan………………………..
Hipotesis Mayor
Hipotesis atau induk, hipotesis yang dirumuskan dengan menampilkan adanya hubungan sebab akibat tersebut perlu dilakukan pengujian dari beberapa bagian hipotesis (hipotesis kecil).
Hipotesis Minor
Hipotesis minor atau hipotesis kecil, yang harus dilkaukan pengujian sehingga dapat memperkuat dugaan adanya korelasi positif antara dua variabel.
Hipotesis dilihat dari Metode Analisis, antara lain:
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan maslaah penelitian ada tiga, yaitu:
Hipotesis Deskripsi
Hipotesis deskripsi, yaitu hipotesis deskripsi merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskripsi
- Rumusan Masalah: apakah pendonor darah di PMI X cenderung mengkonsumsi susu.
- Ho: pendonor darah di PMI X tidak cenderung mengkonsumsi susu.
- Ha: pendonor darah di PMI X cenderung mengkonsumsi susu.
Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif, yaitu merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
- Rumusan Masalah: apakah ada perbedaan status gizi pendonor darah yang mendapat susu kental manis dengan susu non kental manis.
- Ho: tidak ada perbedaan status gizi pendonor darah dengan susu kental manis dan tidak.
- Ha: ada perbedaan status gizi pendonor darah dengan susu kental manis dan tidak.
Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif, yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
- Rumusan Masalah: apakah ada hubungan konsumsi teh dengan kejadian anemia.
- Ho: tidak ada hubungan konsumsi teh dan kejadian anemia.
- Ha: ada hubungan konsumsi teh dan kejadian anemia.
Hipotesis dilihat dari Arah Distribusi Data. Menurut Kountur, dilihat dari arah distribusi datanya, ada dua jenis hipotesis:
Hipotesis terarah (directional Hypothesis)
Hipotesis dikatakan terarah atau directional hypothesis jika hasil diharapkan mengarah ke salah satu sudut pada distribusi datanya.
Contoh: “Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode mengajar ceramah dan diskusi terhadap prestasi belajar mahasiswa Teknologi Bank Darah”.
Hipotesis Tidak Terarah (nondirectional)
Hipotesis dikatakan tidak terarah jika hasilnya bisa mengarah pada arah mana saja dari distribusi data.
Contoh: Suatu penelitian ingin dilakukan untuk mencari tahu perbedaan rata-rata tinggi badan pria dan wanita. Apabila pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan adalah one-tailed test, bagaiman hipotesisnya dirumuskan? Apabila pengujian hipotesis yang dilakukan adalah two-tailed test, bagaimana hipotesisnya dirumuskan?
Dalam terminologik metodologik dikenal beberapa macam hipotesis:
Hipotesis Kerja
Hipotesis Kerja/hipotesis Penelitian/H1/Ha adalah hipotesis yang menjadi dugaan peneliti akan dibuktikan kebenarannya dengan melalui penelitian.
Contoh:
- “Apabila……, maka…………”atau
- “Ada hubungan antara…….dengan……”atau
- “Ada perbedaan antara….. dengan…….”
Hipotesis Nihil
Hipotesis Nihil/hipotesis statistik/Ho adalah kebalikan dari hipotesis kerja contoh: “Tidak ada korelasi antara warna baju dengan kecepatan lari mahasiswa” “Tidak ada hubungan antara bertabadan pendonor dengan kadar faktor VIII dalam Fresh Frozen Plasma (FFP)”.
WAJIB BACA: Yuk, Pahami Penelitian Kualitatif!
Demikian penjelasan lengkap di atas sebagai bahan bacaan untuk penyusunan proposal karya tulis, skripsi dan thesis. Kami Ucapkan terima kasih.