Pasien Jantung di era Covid-19 – Suatu tinjauan umum berdasarkan kasus dan kelompok kerja/Pokja Pandemik covid dalam beberapa bulan terakhir menuntut adaptasi dari semua pihak termasuk tenaga medis sendiri yang terlibat secara aktif dalam penanganan khususnya sejawat dari bagian paru dan tropic infeksi. Namun divisi jantung juga tidak luput terkena dampaknya.
Selain lazim diketahui bahwa virus covid-19 dapat menimbulkan komplikasi sampai ke otot jantung dalam bentuk inflamasi (peradangan) hingga terjadi gagal jantung dan mengakibatkan kegagalan multi organ secara sekuens ataupun simultan, pasien dengan penyakit jantung kronik juga bisa terabaikan oleh karena ketakutan tertular bila memeriksakan diri sehinga kerap menunda sampai parah.
PERKI Menyikap Pandemik Covid-19
Rekomendasi PERKI terbaru dalam menyikapi pandemik ini adalah dengan merekomendasikan untuk tidak berobat ke dokter spesialis jantung apabila pasien jantung dewasa mengalami sesak yang memberat dengan posisi tidur dan tidak bisa tidur dengan posisi rata, harus dengan dua bantal, apabila disertai batuk riak berdahak.
Atau apabila pasien mengalami nyeri dada yang seperti ditindih / ditimpa beban berat, menjalar ke lengan atau punggung/leher, disertai mual,muntah dan keringat dingin.
Hal diatas tentunya dalam konteks kegawatdaruratan. Satu hal yang tidak bisa dianggap remeh juga adalah pasien jantung kronik yang harus mengkonsumsi obat seumur hidup. Tentu obat bisa diperoleh lewat dokter praktik bpjs atau di tingkat faskes dasar.
Namun pada diagnose tertentu membutuhkan sedikit penyesuaian, sebagaimana halnya pada pasca pemasangan stent dimana dual anti platelet hanya dibatasi pada periode tertentu, sehingga membutuhkan pertimbangan ekspert untuk penghentian atau lazimnya yang dilakukan adalah penyesuaian dosis sehingga pasien mutlak untuk tetap dirujuk ke dokter spesialis jantung.
Penanganan Pasien Jantung yang Efektif
Beberapa pasien yang ditemui di klinik dalam masa pandemik ini juga ada beberapa tindakan non invasif yang diperlukan untuk mengevaluasi kondisi terkini otot jantung, katup dan ruang jantung ataupun treadmill pasca pemasangan ring maupun bedah pintas jantung.
Diagnose invasive dipertimbangkan ditunda bila pasien tidak dalam kondisi nyeri dada akut, nyeri terus menerus yang tidak membaik dengan istirahat ataupun obat dibawah lidah, dan nyeri yang mengganggu kualitas hidup dan produktivitas sehari hari.
Sama halnya dengan tindakan diagnose aritmia atau elektrofisiologi dipertimbangkan ditunda kecuali pada keadaan aritmia yang mengancam nyawa.
Dari divisi vaskular juga tentunya akan dilakukan tindakan cepat pada kondisi iskemia limb akut ataupun diseksi aorta.Begitu pula untuk kardiologi pencitraan mengalami adapatasi dengan menunda pemeriksaan yang bersifat elektif.
Isu utama dari semua divisi ini adalah penggunaan alat pelindung diri saat tindakan, selain untuk antisipasi radiasi, tentunya dalam meminimalisir transmisi virus covid 19 dengan perlengkapan level
tiga.
Penanganan rawat intensif jantung juga membutuhkan kehati hatian yang tinggi.Pasien tertentu dengan diagnose awal penyakit jantung koroner ataupun katup dan kongenital, dalam perjalanannya bisa menjadi tersangka covid, tentu harus dengan pemeriksaan swab sesuai prosedur.
Sikap Waspada dan Tidak Acuh
Kewaspadaan harus terus dipelihara mengingat justru lebih berbahaya pasien yang tidak disangkakan covid kemudian menjadi covid, disaat petugas kesehatan menganggap aman aman saja, dibandingkan dengan perawatan pasien yang dari awal sudah disangkakan covid dan petugas kesehatan sudah ada pada level kesadaran optimal dalam hal prosedur pengamanan diri.
Perawatan pasien di ruang intensif jantung saat ini memasuki suatu fase baru yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Salah satu divisi yang juga mengalami penyesuaian adalah rehabilitasi pasca operasi jantung. Sebagaimana diketahui pasien yang telah dilakukan operasi jantung harus dilakukan rehabilitasi untuk mempercepat pemulihan secara fisik dan psikologis sehingga diharapkan dapat segera beraktivitas kembali secara normal seperti sebelum sakit.
Penyesuaian jadwal operasi dimana pasien yang dilakukan tindakan menjadi lebih kurang dari biasanya, dalam konteks meminimalisir kemungkinan transmisi virus, membuat pasien rehab juga menjadi lebih sedikit. Tetapi kualitas rehabilitasi pasien tentu dipertahankan pada level optimal sebagaimana kondisi sebelum pandemik
Petugas rehab juga dalam kondisi siap dengan alat pelindung diri level 2. Peserta rehab juga diwajibkan menggunakan masker dan cuci tangan sebelum dan sesudah prosedur rehabilitasi.
Pasien dengan penyakit jantung tentu memiliki beban ganda di era pandemik ini. Selain harus tetap menjaga kondisi jantung optimal, pasien harus mempertahankan atau meningkatkan imunitasnya menghadapi virus covid 19.
Asupan bergizi mutlak dibutuhkan dalam batasan tertentu, seperti garam misalnya pada kasus hipetensi dan gagal jantung, gula dalam kasus kencing manis, ataupun lemak pada pasien jantung coroner ataupun dengan dyslipidemia.
Pendampingan oleh dokter spesialis gizi klinik pada kasus tertentu dibutuhkan. Disiplin pasien tentunya memegang porsi besar dalam keberhasilan diet jantung ke depan.
Kampanye prevensi jantung seharusnya tetap dikumandangkan ditengah riuh rendah kampanye melawan pandemik virus covid 19 saat ini. Jangan sampai terabaikan oleh karena terlalu focus menghadapi penyebaran virus.
Walaupun tentu mengumpulkan massa tidak dimunkinkan saat ini, penggunaan media virtual tetap dapat dilakukan, sebagaimana halnya saat hari hipertensi belum lama ini.
Pasien tetap mendapat edukasi tentang bagaimana gejala, komplikasi dan tata laksana serta upaya pencegahan hipertensi melalui gambar virtual yang diprakarsai oleh pokja hipertensi persatuan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia (PERKI).
Baca Juga: Telekonsultasi dokter-pasien saat pandemik
Demikianlah secara umum kondisi penanganan pasien jantung di era pandemik ini. Diperlukan pelaporan berkala dari semua senter tentang kondisi dan pola pasien penyakit jantung selama pandemik. Terutama menyangkut morbiditas dan mortalitas .Semoga pasien penyakit jantung tetap terpelihara dengan baik dan bisa melewati pandemik ini dengan kondisi baik pula.
*Berdasarkan panduan yang dikeluarkan oleh pengurus pusat persatuan dokter spesialis kardiovaskular indonesia