Halo #SobatPoltekkes dikala pandemi ini kita semua dihimbau oleh pemerintah untuk melakukan physical distancing dan berdiam di rumah kecuali terdapat kebutuhan yang mendesak. Tetapi muncul pertanyaan, bagaimana dengan pemeriksaan kehamilan saat pandemi? Yuk Kenali, kapan harus ke dokter dengan memahami kondisi darurat saat masa kehamilan.
Mungkin terdapat keraguan pada Ibu untuk datang ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya untuk kontak dengan dokter dan tenaga medis.
Tapi tenang, Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) cabang Jakarta sudah mengeluarkan himbauan untuk menunda kunjungan pemeriksaan kehamilan saat pandemi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan (OBGYN), KECUALI terdapat kondisi darurat.
Kondisi Darurat Kehamilan Saat Pandemi
Yuk, kita kenali apa saja sih yang termasuk kondisi darurat dalam kehamilan:
1. Mual muntah hebat
Atau disebut juga hiperemesis gravidarum. Paling sering terjadi pada trimester awal kehamilan dimana mual dan muntah lebih hebat dan lebih berat dibanding morning sickness. Kondisi ini dapat mengakibatkan kekurangan cairan atau dehidrasi dengan skala yang berbeda. Selain itu hiperemesis gravidarum juga bisa menyebabkan gangguan elektrolit tubuh, syok, dan penurunan kesadaran.
2. Perdarahan
Adanya perdarahan dapat terjadi pada trimester berapapun dengan penyebab yang beragam. Jika terjadi pada trimester pertama, maka penyebabnya antara lain adalah keguguran atau hamil anggur (mola hidatidosa).
Perdarahan yang terjadi pada trimester kedua atau ketiga biasanya disebabkan karena:
#Plasenta previae: Suatu keadaan dimana ari-ari (plasenta) menutupi jalan lahir bagian dalam, baik seluruhnya ataupun sebagian. Keluhan perdarahan ini tanpa disertai kontraksi atau nyeri perut yang hebat. Lokasi plasenta dapat diketahui melalui pemeriksaan USG.
#Solusio plasenta: suatu keadaan dimana terlepasnya sebagian plasenta di dalam rahim. Kondisi ini membahayakan sekali! Bayangkan bahwa plasenta adalah pemasok semua kebutuhan janin.
Jika plasenta terlepas maka suplai oksigen dan kebutuhan nutrisi lain untuk janin bisa berkurang atau bahkan terhenti. Adanya solusio plasenta ini biasanya disebabkan oleh trauma seperti benturan pada perut Ibu atau karena penyakit penyulit seperti tekanan darah tinggi.
Baca Juga: Artikel Seputar Covid-19
Perdarahan yang terjadi pada trimester dua atau tiga juga bisa menjadi pertanda dimulainya proses persalinan terutama jika disertai adanya kontraksi yang teratur.
3. Kontraksi atau nyeri perut hebat
Kontraksi atau nyeri perut hebat dapat terjadi pada setiap trimester. Jika terjadi pada trimester pertama, maka kemungkinan terbesarnya ialah keguguran yang mengancam, terutama jika disertai dengan perdarahan.
Namun, hal ini juga bisa disebabkan oleh keadaan darurat yang disebut sebagai kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan, misalnya di saluran telur. Kehamilan ektopik ini dapat menyebabkan pecahnya lokasi penempelan janin, sehingga dapat menyebabkan timbulnya perdarahan hebat di dalam perut yang memicu timbulnya nyeri hebat.
Pada trimester kedua atau ketiga, kontraksi atau nyeri perut hebat juga dapat menjadi tanda persalinan. Jika usia kehamilan masih kurang dari 37 minggu, maka keadaan ini dapat mengarah pada kondisi persalinan prematur.
Nyeri perut hebat juga bisa menjadi tanda adanya kelainan seperti usus buntu, kista terpuntir, atau infeksi saluran kemih. Maka dari itu jika Ibu merasakan hal ini segera periksakan diri ke dokter ya!
4. Pecah ketuban
Hal ini dapat terjadi pada usia kehamilan berapapun. Ketuban yang telah pecah dapat menjadi pintu masuk terjadi infeksi, sehingga diperlukan penanganan dengan antibiotik yang tepat. Komplikasi yang dapat terjadi ialah infeksi, timbulnya kontraksi, hingga tali pusat yang ikut terlahir.
5. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi ditandai dengan adanya pemeriksaan tekanan darah dengan hasil diatas 140/90 mmHg. Keadaan ini dapat timbul hanya pada saat kehamilan dan menghilang perlahan sampai dengan setelah 1 bulan. Adanya tekanan darah tinggi yang disertai dengan adanya hasil protein dalam urin menandakan bahwa Ibu mengalami keadaan serius yang disebut pre-eklamsia. Karenanya, tekanan darah tinggi dalam kehamilan memerlukan pemantauan dan pengaturan, dan juga evaluasi urin secara berkala.
Preeklamsi dapat menjadi awal dari komplikasi yang lebih serius seperti solusio plasenta, kerusakan ginjal, kerusakan liver, rendahnya trombosit hingga kejang.
6. Nyeri kepala hebat
Nyeri kelapa hebat terutama pada trimester tiga seringkali menjadi tanda akan timbulnya kejang, terutama pada Ibu yang mengalami tekanan darah tinggi dalam kehamilan dan tidak terkontrol.
7. Tidak merasakan gerakan janin
Gerakan janin umumnya bervariasi antara satu dengan lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah letak plasenta. Rata-rata janin dapat bergerak hingga 32 kali dalam 1 jam, namun janin juga mempunyai kebiasaan seperti waktu untuk tidur. Jika Ibu merasakan adanya pengurangan gerakan janin, coba pantau gerakannya selama 2 jam; jika tidak terdapat gerakan, segera periksakan ke dokter.
8. Kejang
Kejang terjadi dikarenakan kondisi yang disebut eklamsia, yang disertai dengan adanya tekanan darah tinggi dan dari pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya protein dalam urin. Terkadang sebelum kejang dapat diawali dengan nyeri kepala hebat. Jika hal ini terjadi, segera datang ke rumah sakit terdekat.
Kondisi Pemantauan Berkala Kehamilan
Selain hal-hal tersebut, ada pula beberapa kondisi lainnya yang membutuhkan pemantauan berkala dengan dokter OBGYN, antara lain:
1. Berat janin kecil
Berat janin kecil yang tidak tertangani dengan baik dapat mengarah pada pertumbuhan janin terhambat. Penanganan dan skrining sedini mungkin dapat memberikan koreksi pada berat janin dan pencegahan pada keadaan yang lebih berat.
2. Pertumbuhan janin terhambat
Pertumbuhan janin terhambat bukan hanya berat janin yang kecil (di bawah persentil 5), namun juga disertai pengurangan air ketuban dan tanda abnormalitas pembuluh darah janin. Pada keadaan berat, terminasi kehamilan atau persalinan adalah salah satu upaya yang ditempuh untuk meyelamatkan janin.
3. Air ketuban berkurang
Air ketuban yang berkurang menjadi pertanda dari kondisi plasenta yang kurang baik atau kondisi janin yang kurang baik. Ibu harus memperbaiki asupan cairan agar dapat mengatasi pengurangan air ketuban ini.
4. Anemia berat
Anemia berat yang terjadi pada Ibu tidak hanya berdampak pada sang Ibu tapi juga pada janin, bahkan sangat mungkin janin mengalami anemia di dalam kandungan. Penyebab anemia harus dapat diketahui dan dilakukan koreksi. Anemia pun dapat menjadi kontribusi timbulnya persalinan premature dan juga perdarahan pasca persalinan.
Nah, itulah artikel pemeriksaan kehamilan saat pandemi, Ingat selalu di rumah saja yah!