Penyakit periodontal merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah gingivitis dan periodontitis.
Pada gingivitis, inflamasi hanya terbatas pada gingiva saja, sedangkan pada periodontitis terjadi destruksi jaringan ikat dan tulang alveolar.
Dalam upaya melihat perkembangan penyakit periodontal diperlukan pemeriksaan yang sesuai sehingga diagnosis yang tepat dapat ditegakkan.
Pemeriksaan penyakit periodontal mencakup pemeriksaan klinis dan penunjang (misalnya pemeriksaan radiograf).
Penyakit periodontal mengacu pada proses inflamasi maupun perubahan resesi pada gingiva dan periodonsium.
Gingivitis adalah proses inflamasi yang terjadi pada gingiva (tidak terjadi kehilangan perlekatan).
Jika tulang alveolar pendukung juga terkena proses inflamasi pada periodonsium, maka hal ini disebut periodontitis. Istilah resesi atau gingival recession mengacu pada kemunduran gingiva dan tulang alveolar ke arah apikal, yang seringkali terjadi pada aspek labial tanpa adanya inflamasi klinis.
Macam-macam Penyakit Periodontal
Berikut ini adalah macam-macam penyakit periodontal, antara lain:
1. Gingivitis
Gingivitis adalah inflamasi gingiva. Pada pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk gingival (fisiologik). Terdapat penambahan kedalaman poket (pseudopockets/poketsemu). Biasanya pada gingivitis tidak terdapat rasa sakit.
Sebagian besar tipe gingivitis adalah yang disebabkan oleh plak, meskipun faktor sekunder dapat juga berpengaruh terhadap manifestasi klinis dan menghasilkan subklasifikasi sebagai berikut:
a. Gingivitis ulseratif nekrosis akut (ANUG)
ANUG adalah keadaan inflamasi gingiva yang akut, sangat nyeri, dan berkembang secara progresif, yang dapat masuk pada tahap subakut dan kronis. Etiologi ANUG dapat berasal dari:
1) Faktor Lokal
Misalnya oral hygiene yang jelek; plak didominansi bakteri Spirochetes, Bacteroides, dan fusiform; arearetentif plak seperti gigi berjejal, dan restorasi yang overhang; perokok (iritasilokal dari substansi tar.
2) Faktor Sistemik
Misalnya kesehatan umum yang jelek; fatigue atau stres psikis; merokok (nikotin sebagai sympatheticomimetic dankemotaksin); umur; musim tahunan.
Gingivitis ulseratif nekrosis dapat didiagnosis berdasarkan temuan klinis saja. Penyakit timbul dengan tiba-tiba dan pasien mengeluhkan rasa sakit yang hebat pada gigi atau gingivanya. Biasanya, pasien tidak dapat menentukan secara pasti tempat-tempat yang terasa sakit.
Rasa sakit lebih kuat di tempat terjadinya ulserasi. Tanda kedua yang paling menonjol adalah perdarahan gingiva. Perdarahan sering terjadi secara spontan, pasien sering menemukan tetesan darah pada bantalnya atau merasakan bau amis darah di dalam mulutnya pada waktu bangun tidur.
Pasien merasakan sakit yang sangat hebat dan mengalami perdarahan gingiva pada waktu menyikat gigi atau pada waktu makan.
Pasien tidak dapat mentoleransi minuman beralkohol, minuman dingin atau panas, dan makanan pedas. Tanda klinis yang paling khas adalah ulserasi dan pembentukan kawah pada papilla interdental.
Sering kali, papilla gingiva rusak karena adanya jaringan nekrosis yang tercabik, dilapisi oleh pseudomembran berwarna putih keabu-abuan. Komplikasi sistemik seperti demam, sakit kepala, malaise, hilangnya nafsu makan, dan limfadenopati regional dapat ada atau tidak.
b. Gingivitis karena pengaruh hormone
Beberapa contoh gingivitis yang dimodulasi oleh hormon, antara lain:
- Puberty gingivitis.
- Pregnancy gingivitis.
- Gingivitis menstrualis dan intermenstrualis.
c. Gingivitis karena pengaruh obat-obatan
d.Gingivitis deskuamatif
Perubahan Klinis | Perubahan Histologis Dasar |
---|---|
Perdarahan gingival | Ulserasi epitel sulkus, dengan pelebaran kapiler yang meluas di bawah permukaan |
Warna kemerahan | Hiperemia, disertai dilatasi dan pelebaran kapiler |
Pembengkakan | Infiltrasi cairan dan eksudat sel radang ke jaringan ikat |
Hilangnya tonus gingival | Inflamasi disertai rusaknya serabut gingival |
Hilangnya stippling | Edema pada jaringan ikat di bawahnya |
Konsistensi keras, kaku | Fibrosis karena terjadinya inflamasi kronis dalam waktu yang lama |
Poket gingival | Inflamasi disertai ulserasi epitel sulkus dan pembesaran gingiva |
Menurut Rateitschak (1985), secara klinis gingivitis dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Gingivitis ringan (mild gingivitis)
Pada gingivitis ringan terdapat eritema ringan yang terlokalisasi dan sedikit edema. Beberapa bentuk stipling hilang dan perdarahan setelah probing minimal.
2. Gingivitis sedang (moderate gingivitis)
Pada tipe ini terlihat eritema dan edema yang nyata, tidak terdapat stippling, perdarahan pada sulkus setelah probing.
3. Gingivitis parah (severe gingivitis)
Pada tipe ini gingiva terlihat sangat merah, edematous, pembengkakan hiperplastik, tidak ada stippling, ulserasi pada interdental, dan perdarahan spontan.
Resesi gingiva (atrofi) adalah suatu kelainan mukogingiva. Resesi dapat terjadi karena kelainan frenulum atau gingiva cekat.
Menurut Suproyo (2007), resesi gingiva mengakibatkan Hipersensitifitas Mudah terjadi karies, dan Estetika yang jelek. Penyebab resesi gingiva antara lain:
- Anatomis, yaitu tulang alveolar tidak memadai, contohnya gigi labioversi.
- Kesalahan menyikat gigi.
- Kesalahan alat gigi dalam mulut.
- Akibat samping bedah peridontal.
Tanda klinis resesi gingiva juga dapat terjadi akibat cacat plat kortikal alveolar, yaitu dehindensi dan fenestrasi. Dehidensi merupakan kehilangan tulang berbentuk celah pada plat kortikal tulang alveolar, menyebabkan terbukanya permukaan akar. Sedangkan fenestrasi alveolar adalah cacat berupa lubang di platkortikal, sehingga permukaan akar fasial atau lingual terlihat.
2. Periodontitis
Menurut Fedi, dkk (2004), periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke apikal, kehilangan perlekatan dan puncak tulang alveolar. Pada pemeriksaan klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing (di tempat aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan kontur fisiologis. Dapat juga ditemukan kemerahan dan pembengkakan gingiva. Biasanya tidak ada rasa sakit.
Poket adalah pendalaman sulkus gingiva secara patologis karena penyakit periodontal. Pendalaman sulkus dapat terjadi karena tiga hal:
- Pergerakan tepi gusi bebas ke arah koronal, seperti pada gingivitis;
- Perpindahan epitel jungsional ke arah apikal, bagian koronal epitel terlepas dari permukaan gigi;
- Kombinasi keduanya.
Poket dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Poket gingiva (pseudopocket/poket semu)
Poket gingiva adalah pendalaman sulkus gingiva sebagai akibat dari pembesaran gingiva. Tidak terjadi migrasi epitel jungsional ke apikal atau resorpsi puncak tulang alveolar.
2. Poket supraboni
Poket supraboni adalah pendalaman sulkus gingiva disertai dengan kerusakan serabut gingiva di dekatnya, ligamen periodonsium, dan puncak tulang alveolar, yang dikaitkan dengan migrasi epitel jungsional ke apikal.
Dasar poket dan epitel jungsional lebih koronal dibandingkan puncak tulang alveolar. Poket supraboni dihubungkan dengan resorpsi tulang horizontal, yaitu penurunan ketinggian puncak alveolar keseluruhan, umumnya puncak tulang dan permukaan akar membentuk sudut siku-siku.
3. Poket infraboni
Poket infraboni adalah pendalaman sulkus gingiva dengan posisi dasar poket dan epitel jungsional terletak lebih ke apikal dibandingkan puncak tulang alveolar.
Poket infraboni dihubungkan dengan resorpsi tulang vertikal (resorpsi tulang angular), yaitu kehilangan tulang yang membentuk sudut tajam terhadap permukaan akar.
Baik poket supraboni maupun infraboni disebabkan oleh infeksi plak; akan tetapi terdapat perbedaan pendapat dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya poket infraboni.
Mekanisme etiologi yang telah dikemukakan adalah:
- Adanya pembuluh darah yang besar pada satu sisi alveolus mungkin mempengaruhi pembentukan poket infraboni.
- Desakan makanan yang kuat ke daerah interproksimal dapat menyebabkan kerusakan unilateral pada perangkat pendukung gigi dan rusaknya perlekatan epitel
- Trauma pada jaringan periodontal dapat menyebabkan kerusakan puncak ligamen periodonsium (trauma oklusi), yang jika sudah ada inflamasi, dapat mengakibatkan migrasi epitel jungsional ke arah daerah terjadinya kerusakan.
- Plak yang terdapat di daerah apikal gigi-gigi berdekatan yang maju dengan kecepatan berbeda-beda ke arah apikal dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar yang lebih cepat pada salah satu sisi dari dua gigi yang bersebelahan, sehingga menyebabkan resorpsi tulang yang berbentuk vertikal.
Macam-macam Periodontitis
Berikut ini adalah macam-macam dari periodontitis, antara lain:
1. Periodontitis Prepubertas
Tipe ini adalah tipe yang terjadi setelah erupsi gigi sulung. Terjadi dalam bentuk yang terlokalisir dan menyeluruh. Tipe ini jarang terjadi dan penyebarannya tidak begitu luas.
2. Periodontitis Juvenil (periodontosis)
Periodontitis juvenil terlokalisir (LJP) adalah penyakit peridontal yang muncul pada masa pubertas. Gambaran klasik ditandai dengan kehilangan tulang vertikal yang hebat pada molar pertama tetap, dan mungkin pada insisif tetap.
Biasanya, akumulasi plak sedikit dan mungkin tidak terlihat atau hanya sedikit inflamasi yang terjadi. Predileksi penyakit lebih banyak pada wanita dengan perbandingan wanita: pria 3:1.
Bakteri yang terlibat padatipe ini adalah Actinobacillus actinomycetemcomittans.
Bakteri ini menghasilkan l eukotoksin yang bersifat toksis terhadap leukosit, kolagenase, endotoksin, dan faktor penghambat fibroblas.
Selain bentuk terlokalisir, juga terdapat bentuk menyeluruh yang mengenai seluruh gigi-geligi.
3. Periodontitis yang Berkembang Cepat
Periodontitis yang berkembang cepat adalah penyakit yang biasanya dimulai sekitar masa puebrtas hingga 35 tahun. Ditandai dengan resorbsi tulang alveolar yang hebat, mengenai hampir seluruh gigi.
Bentuk kehilangan yang terjadi vertikal atau horizontal, atau kedua-duanya. Banyaknya kerusakan tulang nampaknya tidak berkaitan dengan banyaknya iritan lokal yang ada.
Penyakit ini dikaitkan dengan penyakit sistemik (seperti diabettes melitus, sindrom Down, dan penyakit-penyakit lain), tetapi dapat juga mengenai individu yang tidak memiliki penyakit sistemik. Keadaan ini dibagi dalam dua subklas:
- Tipe A terjadi antara umur 14-26 tahun.
- Ditandai dengan kehilangan tulang dan perlekatan epitel yang cepat dan menyeluruh.
- Tipe B ditandai dengan kehilangan tulang dan perlekatan epitel yang cepat dan menyeluruh pada usia antara 26-35 tahun 36.
4. Gingivo-periodontitis Ulseratif Nekrosis (NUG-P)
Gingivo-periodontitis ulseratif nekrosis adalah bentuk periodontitis yang biasanya terjadi setelah episode berulang dari gingivitis ulseratif nekrosis akutdalam jangka waktu lama, yang tidak dirawat atau dirawat tetapi tidak tuntas. Pada tipe ini terjadi kerusakan jaringan di interproksimal, membentuk lesi seperti kawah, baik pada jaringan lunak mapun tulang alveolar.
Penutup
- Penyakit periodontal merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada jaringan pendukung gigi.
- Macam-macam penyakit periodontal adalah gingivitis dan periodontitis.
- Gingivitis adalah inflamasi gingiva sedangkan periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke apikal, kehilangan perlekatan dan puncak tulang alveolar.
- Gingivitis dibagi menjadi gingivitis ringan, gingivitis sedang dan gingivitis berat.
- Macam-macam periodontitis adalah periodontitis prepubertas, periodontitis juvenil, periodontitis yang berkembang cepat dan Gingivo-periodontitis ulseratif nekrosis (NUGP).
Referensi
Estlander, T., Alanko, K., & Jolanki, R. (2011). Dental materials. Contact Dermatitis, 653–678. https://doi.org/10.1007/3-540-31301-X_36.
Koeseomah, H. A., & Dwiastuti, S. A. P. (2017). Histologi dan Anatomi Fisiologi Manusia: Bahan Ajar Keperawatan Gigi. Kementerian Kesehatan RI, 44(8), 1689–1699. http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150.