Imunohistokimia (IHK) atau immunohistochemistry (IHC) dalam dekade ini semakin popular dikalangan para medis. Beberapa program studi memfokuskan perkuliahan seperti pada jurusan Teknologi Laboratorium Medis atau pada studi ilmu kedokteran baik patologi maupun klinik.
Nah, di artikel ini mimin bakal berbagi informasi seputar imunohistokimia, baik pengertiannya, tujuannya, teknik dan metode yang umum digunakan. Disimak yah!
Pengertian Imunohistokimia
Imunohistokimia berasal dari kata “Immuno” yaitu antibody yang digunakan dalam prosedur dan “histo” yang berarti jaringan. Prosedur ini dikonsep dan pertama kalu dilaksanakan oleh Albert Coons pada tahun 1941.
Teknik immunohistokimia (IHK) bertujuan untuk mengidentifikasi sel-sel spesifik berdasarkan komponen antigen atau produk selulernya dengan reaksi kompleks antigen-antibodi.
Dengan kata lain, immunohistokimia digunakan sebagai dasar penegakan diagnosis dan identifikasi tipe sel berdasarkan detail sitomorfologi, terutama sering digunakan pada kasus-kasus tumor dan keganasan. Dalam teknik ini dapat dibedakan teknik imunofluoresesnsi dan imunoenzim.
Untuk mendeteksi antigen (protein, karbohidrat, dsb) pada sel dari jaringan dengan memanfaatkan prinsip reaksi antigen dengan antibodi. Antibodi spesifik (monoklonal antibodi/MoAb) yang paling umum digunakan untuk meningkatkan spesifisitas mengingat MoAb hanya mengenali satu epitop pada antigen.
Metode Pewarnaan
Imunohistokimia digunakan untuk mengukur dan mengidentifikasi karakteristik dari even seluler seperti proses proliferasi sel apoptosis sel. Teknik imunohistokimia memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat mendeteksi antigen pada jaringan dengan akurat.
Preparat dapat diperiksa dengan menggunakan preparat biasa (bukan mikroskop elektron atau mikroskop flouresens), hasil permanen hingga beberapa bulan, dapat dipakai untuk studi retrospektif dan untuk mempelajari pathogenesis penyakit. Terdapat dua metode dasar identifikasi antigen dalam jaringan dengan IHK, yaitu :
1. Metode langsung (Direct)
Prinsip dari metode IHK langsung adalah menggunakan antibodi primer yang sudah berlabel yang akan berikatan langsung dengan antigen target.
Metode ini merupakan metode pengecatan satu langkah karena hanya melibatkan satu jenis antibodi, yakni antibodi yang berlabel contohnya antiserum terkonjugasi flourecein isothiocyanat (FITC) atau rohamin.
Pada metode direct, antibodi spesifik yang mengenali antigen jaringan akan dimodifikasi dengan mengkonjugasikan molekul indikator pada antibodi tersebut. Molekul indikator tersebut dapat berupa molekul yang berpendar seperti biotin atau enzim peroksidase, sehingga apabila diberikan substrat akan memberikan warna pada jaringan tersebut.
2. Metode tidak langsung (Indirect)
Prinsip metode imunohistokimia indirect menggunakan antibodi primer yang tidak ada labelnya, namun digunakan juga antibodi sekunder yang sudah memiliki label dan akan bereaksi dengan IgG dari antibodi primer. Metode tidak langsung (indirect method) menggunakan dua macam antibodi, yaitu antibodi primer (tidak berlabel) dan antibodi sekunder (berlabel).
Antibodi primer bertugas mengenali antigen yang diidentifikasi pada jaringan (first layer), sedangkan antibodi sekunder akan berikatan dengan antibodi primer (second layer).
Antibodi kedua merupakan anti-antibodi primer. Pelabelan antibodi sekunder diikuti dengan penambahan substrat berupa kromogen. Kromogen merupakan suatu gugus fungsi senyawa kimiawi yang dapat membentuk senyawa berwarna bila bereaksi dengan senyawa tertentu.
Penggunaan kromogen fluorescent dye seperti FITC, rodhamin, dan Texas-red disebut metode immunofluorescence, sedangkan penggunaan kromogen enzim seperti peroksidase, alkali fosfatase, atau glukosa oksidase disebut metode immunoenzyme.
Pada metode ini antibodi spesifik yang mengenali antigen jaringan disebut sebagai antibodi primer dan tidak dilakukan modifikasi pada antibodi ini.
Namun diperlukan antibodi lain yang dapat berikatan dengan antibodi primer yang disebut dengan antibodi sekunder.
Antibodi sekunder ini dimodifikasi sehingga memiliki molekul indikator pada antibodi tersebut. Setiap 1 antibodi primer dapat dikenali oleh lebih dari 1 antibodi sekunder, oleh karena itu, setelah diberikan substrat akan terbentuk warna yang lebih jelas pada jaringan tersebut.
Teknik Imunohistokimia
Teknik imunohistokimia bermanfaat untuk identifikasi, lokalisasi, dan karakterisasi suatu antigen tertentu, serta menentukan diagnosis, therapi, dan prognosis kanker. Teknik ini diawali dengan pembuatan irisan jaringan (histologi) untuk diamati dibawah mikroskop.
Interaksi antara antigen-antibodi adalah reaksi yang tidak kasap mata. Tempat pengikatan antara antibodi dengan protein spesifik diidentifikasi dengan marker yang biasanya dilekatkan pada antibodi dan bisa divisualisasi secara langsung atau dengan reaksi untuk mengidentifikasi marker.
Adapun beberapa marker yang berupa senyawa berwarna antara lain:
- Luminescence
- Zat berfluoresensi : fluorescein, umbelliferon, tetrametil rodhamin
- Logam berat : colloidal, microsphere, gold, silver, label radioaktif
- Enzim : Horse Radish Peroxidase (HRP) dan Alkali phosphatase
Enzim (yang dipakai untuk melabel) selanjutnya direaksikan dengan substrat kromogen (yaitu substrat yang menghasilkan produk akhir berwarna dan tidak larut) yang dapat diamati dengan mikroskop bright field (mikroskop bidang terang). Akan tetapi seiring berkembanganya ilmu pengetahuan khususunya dunia biologi, teknik imunohistokimia dapat langsung diamati (tanpa direaksikan lagi dengan kromogen yang menghasilkan warna) dibawah mikroskop flourescein.
Prosedur Imunohistokimia
Langkah-langkah dalam melakukan imunohistokimia dibagi menjadi 2, yaitu preparasi sampel dan labeling, berikut penjelasannaya:
1. Preparasi sampel
Preparasi sampel adalah persiapan untuk membentuk preparat jaringan dari jaringan yang masih segar. Preparasi sample terdiri dari pengambilan jaringan yang masih segar, fiksasi jaringan biasanya menggunakan formaldehid, embedding jaringan dengan parafin atau dibekukan pada nitrogen cair, pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom, deparafinisasi dan antigen retrieval untuk membebaskan epitop jaringan, dan bloking dari protein tidak spesifik lain.
2. Sampel labeling
Sampel labelling adalah pemberian bahan-bahan untuk dapat mewarnai preparat. Sampel labeling terdiri dari imunodeteksi menggunakan antibodi primer dan sekunder, pemberian substrat, dan counterstaining untuk mewarnai jaringan lain di sekitarnya.
Marker Diagnosa IHC
Antibodi adalah suatu imunoglobulin yang dihasilkan oleh sistem imun dalam merespon kehadiran suatu antigen tertentu. Antibodi dibentuk berdasarkan antigen yang memnginduksinya.
Beberapa antibodi yang telah teridentifikasi adalah IgA, IgD, IgE, IgM, dan IgG. Antigen adalah suatu zat atau substansi yang dapat merangsang sistem imun dan dapat bereaksi secara spesifik dengan antibodi membentuk kompleks terkonjugasi. Ikatan antibodi-antigen divisualisasikan menggunakan senyawa label/marker.
Berikut marker untuk diagnosa IHC sebagai berikut:
- Carcinoembryonic antigen (CEA): digunakan untuk identifikasi adenocarcinoma.
- Cytokeratins: digunakan untuk identifikasi carcinoma tetapi juga dapat terekspresi dalam beberapa sarkoma.
- CD15 and CD30 : digunakan untuk identifikasi Hodgkin’s disease
- Alpha fetoprotein: untuk tumor yolk sac dan karsinoma hepatoselluler
- CD117 (KIT): untuk gastrointestinal stromal tumors (GIST)
- CD10 (CALLA): untuk renal cell carcinoma dan acute lymphoblastic leukemia
- Prostate specific antigen (PSA): untuk prostate cancer estrogens dan progesterone staining untuk identifikasi tumor.
Demikian artikel tentang Imunohistokimia, dan ingat untuk membagikan artikel ini agar lebih banyak orang yang tentang IHK.