Halo sobat poltekkes, fokus bahasan kali adalah tentang pengertian abnormal, penyebab perilaku abnormal, faktor-faktor penyebab perilaku abnormal, ciri-ciri perilaku abnormal, dan diakhiri dengan jenis-jenis perilaku abnormal.
Yuk, disimak sob!
Pengertian Perilaku Abnormal
Perilaku abnormal adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi yang tidak sesuai dengan situasinya.
Perilaku abnormal sendiri terdiri dari dua kata yaitu perilaku dan abnormal, perilaku menurut kamus bahasa Indonesia adalah tingkah laku seorang manusia atau sikap seorang manusia, sedangkan abnormal dapat didefinisikan sebagai hal yang jarang terjadi atau penyimpangan dari kondisi rata-rata.
Apakah yang disebut dengan perilaku “abnormal”? Kriteria apa yang bisa digunakan untuk membedakannya dari perilaku “normal”?
Yang harus kamu ketahui adalah tidak ada kesepakatan umum dari pengertian perilaku abnormal, tetapi sebagian besar upaya untuk mendeskripsikan abnormalitas didasarkan pada satu atau lebih definisi berikut.
Berikut ini akan dijabarkan pengertian abnormal yang dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu antara lain:
1. Penyimpangan dari Norma Statistik
Kata abnormal berarti “menyimpang dari yang normal”. Banyak karakteristik abnormalitas dalam hal ini , seperti tinggi badan, berat badan, kecerdasan, mencakup suatu rentang nilai jika diukur pada suatu populasi.
Sebagian besar orang akan jatuh pada rentang pertengahan tinggi badan, sementara sedikit individu adalah jangkung secara abnormal atau pendek secara abnormal.
Salah satu definisi abnormalitas adalah berdasarkan frekuensi statistik. Tetapi menurut definisi lain, orang yang sangat cerdas atau sangat gembira akan diklasifikasikan sebagai abnormal.
Jadi dalam mendefinisikan perilaku abnormal, kita harus mempertimbangkan lebih dari hanya sekedar jumlah atau statistik.
2. Penyimpangan dari Norma Sosial
Setiap masyarakat memiliki standar, atau norma tertentu untuk perilaku yang dapat diterima, sedangkan perilaku yang menyimpang secara jelas dari norma tersebut dianggap sebagai perilaku abnormal.
Perilaku yang dianggap normal oleh suatu masyarakat mungkin dianggap abnormal oleh masyarakat lain.
Sebagai contohnya, di beberapa daerah di Indonesia terbiasa saling tersenyum jika seseorang lewat di sebuah perkampungan penduduk atau masyarakat, walaupun tidak saling mengenal. Tetapi di sebuah negara lain mungkin bisa jadi perilaku tersebut dianggap abnormal.
3. Perilaku Maladaptif
Ketika sebagian ilmuwan mendefinisikan perilaku abnormal dalam pengertian penyimpangan dari normal statistik atau sosial, banyak ilmuwan sosial lain yang berpendapat bahwa kriteria yang paling penting adalah bagaimana perilaku mempengaruhi kesejahteraan individu atau kelompok sosial.
Menurut kriteria ini, perilaku dianggap abnormal jika ia bersifat maladaptif, jika ia memiliki pengaruh buruk pada individu atau masyarakat.
Beberapa jenis perilaku menyimpang dapat mengganggu kesejahteraan individu atau kelancaran dalam tugas sehari-hari, misalnya ketika ada seorang pria yang sangat takut di tempat keramaian sehingga ia tidak dapat menumpang bus ke tempat kerjanya.
4. Distres Pribadi
Kriteria keempat menganggap abnormalitas dalam pengertian perasaan distres subjektifindividual daripada perilaku individual.
Sebagian besar orang yang didiagnosis menderitapenyakit mental merasakan penderitaan batin yang berat. Mereka cemas, depresi, atau tertekan, dan banyak yang menderita insomnia, penurunan nafsu makan, serta banyak merasa nyeri dan sakit.
Kadang-kadang distres pribadi mungkin merupakan satu-satunya gejala abnormalitas, maka perilaku individu tersebut mungkin tampak normal bagi pengamat awam.
Kriteria Abnormal
Menurut klasifikasi yang lain, suatu perilaku bisa disebut abnormal jika memenuhi salah satu kriteria atau lebih dari hal-hal berikut ini:
1. Perilaku Yang Tidak Biasa
Perilaku yang tidak biasa atau tidak umum dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal.
Misalnya saja hanya sedikit dari Anda yang dapat merasa, melihat atau mendengar sesuatu yang abstrak, yang sebenarnya tidak ada. Hal seperti itulah yang disebut sebagai salah satu dari perilaku abnormalitas dalam budaya kita.
2. Perilaku Yang Tidak Bisa Diterima Sosial Atau Melanggar Norma
Setiap lingkungan masyarakat memiliki aturan dan norma sosialnya yang digunakan untuk menentukan apakah perilaku masyarakat tersebut dapat diterima atau tidak.
Perilaku yang dianggap normal dalam suatu daerah mungkin bisa dianggap sebagai perilaku abnormal di dalam daerah lainnya.
3. Berada Dalam Stres Personal
Kondisi stres yang dirasakan personal yang diakibatkan karena gangguan emosi seperti depresi, ketakutan dan kecemasan yang berlebihan.
Namun kondisi kecemasan serta depresi bisa jadi respons yang memang sudah sesuai dengan kondisi yang dialami, semua tergantung dari masing-masing individu dalam mengelola stres.
4. Perilaku Maladaptif
Perilaku yang menyebabkan ketidakbahagiaan serta membatasi kemampuan seseorang untuk bisa berfungsi sesuai dengan peran yang diharapkan.
5. Perilaku Berbahaya
Perilaku yang bisa menyebabkan bahaya atau risiko negatif untuk orang tersebut dan juga untuk orang lain yang ada di sekelilingnya.
Tingkatan Abnormalitas
Untuk memudahkan Anda memahami tingkatan abnormalitas, berikut ini disajikan penjelasannya. Kelima aksis atau golongan tersebut adalah sebagai berikut:
- Aksis I, kategori diagnostik. Sebagai contoh, “skizofrenia, tipe paranoid”
- Aksis II, gangguan kepribadian dan perkembangan
- Aksis III, daftar gangguan fisik
- Aksis IV, catatan peristiwa stres yang memberikan efek buruk
- Aksis V, penilaian tentang fungsi individu dalam kehidupan sosial dan pekerjaan selama lima
- tahun terakhir.
Penyebab Perilaku Abnormal
Setelah kamu mengetahui definisi atau pengertian tentang abnormalitas dari berbagai kriteria atau aspek di atas, sekarang akan dibahas mengenai penyebab perilaku abnormal.
Penyebab perilaku abnormal ditinjau dari perilaku psikososial antara lain:
1. Trauma pada Masa Kanak-kanak
Contoh: Ketika seorang anak melihat kedua orang tuanya bertengkar, maka tidak menutup kemungkinan ia akan memutuskan untuk tidak menikah karena ia menganggap bahwa pernikahan hanyalah menimbulkan penderitaan.
2. Deprivasi parental (kurangnya rangsangan emosi dari orang tua seperti pelukan, pujian, ciuman, dan lain-lain).
Contoh: Ketika ayah dan ibu si anak pergi bekerja setiap dini hari dan pulang setiap malam hari maka otomatis waktu bertemu orang tua dan anak sangat minim, sehingga anak akan kurang perhatian, pelukan, pujian, pengasuhan dan lain-lain dari orang tuanya, hal itu dapat berpengaruh pada perkembangan emosi dan mentalnya.
3. Hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat
Contoh: Pola asuh yang salah seperti terlalu mengekang, terlalu membebaskan, atau contoh yang buruk dari orang tua yang kemudian ditiru oleh sang anak.
4. Struktur keluarga yang tidak sehat
Contoh: Orang tua kurang tepat dalam mendidik anaknya, orang tua yang anti sosial sepeti pengedar narkoba/perampok, keluarga yang tidak akur dan bermasalah, keluarga yang tidak utuh karena perceraian.
5. Stres berat
Contoh: frustasi, merasa gagal ujian, merasa tidak diperhatikan, dan lain sebagainya.
Faktor-Faktor Penyebab Yang Mempengaruhi Perilaku Abnormal
Faktor penyebab perilaku abnormal tersebut dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu berdasarkan tahap berfungsinya dan menurut sumber asalnya. Kedua macam penggolongan tersebut disajikan sebagai berikut:
1. Menurut Tahap Berfungsinya
Menurut tahap berfungsinya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut:
# Penyebab Primary Cause
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul.
Misalnya, infeksi sifilis yang menyerang sistem saraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sifilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.
# Penyebab yang menyiapkan (Predisposing Cause)
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi-kondisi tertentu di masa mendatang.
Misalnya, anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik.
# Penyebab pencetus (Precipitating Cause)
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan.
Misalnya, seorang wanita muda yang menjadi terganggu jiwanya sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya.
Contoh lain, seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu mentalnya karena kecewa berat sesudah perusahaannya bangkrut.
# Penyebab yang Menguatkan (Reinforcing Cause)
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tingkah laku maladaptive yang sudah terjadi. Misalnya, perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang “sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggung jawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.
# Sirkulasi Faktor-Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menjadi sumber penyebab sebagai abnormalitas.
Misalnya, sepasang suami istri menjalani konseling untuk mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka.
Sang suami menuduh istrinya senang berfoya-foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya.
Menurut versi sang suami dia jengkel kepada istrinya karena suka berfoya-foya Bersama teman-temannya. Jadi tidak lagi jelas lagi yang mana sebab dan yang mana merupakan akibat.
2. Menurut Sumber Asalnya
Berdasarkan sumber asalnya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga faktor yaitu:
# Faktor Biologis
Faktor biologis adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari-hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dan sebagainya.
Pengaruh-pengaruh faktor biologis lazimnya bersifat menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stres.
# Faktor Psikososial
Faktor psikososial terdiari atas dua yakni trauma dimasa anak-anak, deprivasi parental, hubungan orang tua anak yang patogenik, struktur keluarga yang patogenik, dan stres berat.
# Faktor-faktor sosiokultural
Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan seperti:
- Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan.
- Terpaksa menjalani perang sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
- Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti agama, ras, suku, dan lain-lain.
Ciri-ciri Abnormal
Menurut Bigot (1950) juga mengatakan bahwa tingkah laku dianggap abnormal bila terdapat gejala-gejala sebagai berikut:
- Tingkah laku tidak sesuai dengan usia atau jenis kelamin
- Kelainan menetap untuk waktu yang cukup lama
- Fluktuasi dalam kehidupan anak yang di luar kebiasaan
- Tingkah laku anak menyimpang dari norma-norma sosial budaya.
- Gangguan tingkah laku yang meluas meliputi beberapa area fungsi psikologisnya
- Bentuk simptom mendekati gambaran gangguan fungsi psikologis yang ada
- Berat dan frekuensi dari simtom di luar kebiasaan
- Perubahan tingkah laku yang merupakan implikasi adanya kelainan.
- Situasi spesifik yang dapat mengganggu anak dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kesembilan faktor tersebut tidak harus ada, tetapi makin banyak faktor yang ada maka mengindikasikan makin jelas adanya kelainan (abnormalitas).
Jenis-jenis Perilaku Abnormal
Mungkin diantara kita banyak yang belum sadar bahwasanya di sekeliling kita ada yang berperilaku abnormal.
Nah, pada pembahasan berikut ini akan dijabarkan mengenai beberapa jenis perilaku abnormal diantaranya sebagai berikut:
1. Psikopat
Disebut juga sosiopat, adalah kelainan perilaku yang berbentuk antisosial ekstrem yaitu yang tidak mempedulikan norma-norma sosial.
2. Kelainan Seksual
Ada 2 macam kelainan tingkah laku seksual yaitu:
# Kelainan pada obyek
Cara seseorang memuaskan dorongan seksualnya normal, tetapi obyek yang dijadikan sasaran pemuasan lain dari biasanya, antara lain:
- Homosex, yaitu ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis (pria).
- Lesbian, yaitu ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis (wanita).
- Pedofilia, yaitu obyek pemuasan seksual adalah pada anak yang belum akil baligh.
- Fetisisme, yaitu obyek pemuasan seksual adalah dengan benda mati seperti pakaian dalam, rambut.
- Nekrofilia, yaitu obyek pemuasan seksual adalah dengan mayat.
- Bestiality, yaitu obyek pemuasan seksual adalah dengan binatang.
- Gerontoseksualitas, yaitu obyek pemuasan seksual adalah dengan seseorang yang berusia lanjut.
- Incest, yaitu obyek pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga yang tidak diperbolehkan melakukan pernikahan.
# Kelainan pada cara pemuasan
Obyek pemuasan seksual tetap lawan jenis, tetapi dengan cara yang tidak biasa, contoh:
- Ekshibisionis, yaitu cara pemuasan seksual dengan memperlihatkan genetalianya kepada orang lain yang tidak dikenalnya.
- Voyeuris, yaitu cara pemuasan seksual dengan melihat / mengintip orang telanjang.
- Sadisme, yaitu cara pemuasan seksual dengan menyakiti secara fisik dan psikologis obyek seksualnya.
- Masokisme, yaitu cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri.
- Frottage, yaitu cara pemuasan seksual dengan meraba orang yang disenangi tanpa diketahui oleh korbannya.
3. Psikoneurosis
Kumpulan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan secara tidak sadar dengan mekanisme pertahanan diri, contohnya :
- Fugue, yaitu bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk mengembara atau meninggalkan rumah karena amnesia.
- Somnabulisme, yaitu keadaan tidur sambil berjalan dan melakukan suatu perbuatan.
- Multiple Personality, yaitu kepribadian ganda.
- Fobia, yaitu ketakutan yang tidak ada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya tidak ada alasan untuk takut.
- Obsesi, yaitu ide kuat yang bersifat terus menerus melekat dalam pikiran dan tidak mau hilang serta sering irasional.
- Histeria, yaitu gangguan mental yang ditandai dengan perilaku yang cenderung dramatis, emosional dan reaksi berlebihan.
- Hipokondria, yaitu kondisi kecemasan kronis, pasien selalu merasakan ketakutan yang patologis tentang kesehatan sendiri.
4. Psikosis
Disebut dengan kelainan kepribadian yang besar (Psychosis Mayor) karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat lagi hidup dan bergaul normal dengan orang di sekitarnya.
BACA DONG! Psikologi Positih, Apa sih?
Nah, itulah penjelasan lengkap seputar perilaku abnormal. Untuk memperdalam khasanah psikologi kamu, silahkan baca artikel lanjutan dengan judul PERILAKU NORMAL.