Perilaku kesehatan menjadi fokus kita kali ini. Kesehatan terkait erat dengan perilaku. Ada perilaku yang cenderung menunjang kesehatan dan ada pula perilaku yang cenderung membahayakan kesehatan. Perilaku yang dimaksudkan dapat berupa perilaku perorangan maupun kelompok.
Menurut Glanz dan Maddock “perilaku kesehatan merujuk pada tindakan individu, kelompok, dan organisasi termasuk pula hal-hal yang menyebabkan, berkorelasi dengan, dan diakibatkan oleh tindakan tersebut-yang mencakup perubahan sosial, perkembangan dan penerapan kebijakan, peningkatan kemampuan penanggulangan, dan peningkatan kualitas hidup” (The action of individuals, groups, and organizations, as well as the determinants, correlates, and consequences, of these action-which include social change, policy development and implementation, improved caping skills, and enhanced quality of life).
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan seseorang yang merasa dirinya sehat, dan bertujuan memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
Tujuan Perilaku Sehat
3 tujuan yang ingin dicapai dalam perilaku sehat ini adalah:
- Perilaku preventive
- Protective
- Promotive
Solita Sarwono mengatakan perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya khususnya menyangkut pengetahuan & sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan & penyakit.
Bloom mengatakan bahwa perilaku merupakan salah satu aspek yang menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Kasl dan Cobb, dalam Sunarto 2014, membedakan tiga jenis perilaku kesehatan, yaitu perilaku, yaitu perilaku kesehatan preventif (preventive health behavior, perilaku sakit (illnes behavior role behavior).
Perilaku kesehatan preventif mencakup perilaku melindungi diri (self-protective behavior) atau perilaku hati-hati yaitu setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu yang percaya bahwa mereka sehat, dengan maksud mencegah dan mendeteksi penyakit dalam keadaan asimtomatis.
Contohnya antara lain penggunaan helm oleh pengendara sepeda motor atau sabuk pengaman oleh pengendara mobil.
Glanz dan Maddock dalam Sunarto, 2014 membedakan perilaku kesehatan yang dilakukan sekali dan yang dilakukan secara berkala. Misalnya imunisasi dasar lengkap pada bayi, yaitu BCG, campak, DPT, Hepatitis B, dan polio yang semua itu dilakukan satu kali, sedangkan pemeriksaan tekanan darah atau pemeriksaan laboratorium terhadap misalnya fungsi ginjal atau fungsi hati biasanya dilakukan secara berkala.
Mereka juga membedakan pula antara perilaku kesehatan yang dilakukan seseorang untuk dirinya sendiri, dan yang mempengaruhi orang lain.
Misalnya, tindakan pengolesan lotion anti nyamuk di kulit untuk mencegah gigitan nyamuk dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, sedangkan tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Aedes aegypti, antara lain berupa pengasapan (fogging) dan pembubuhan abate di tempat penampungan air di rumah dan halaman kita untuk mencegah penyakit demam berdarah (dengue) merupakan perilaku kesehatan yang berpengaruh pula bagi penghuni lain.
Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Klasifikasi lain yang disebutkan Glanz dan Maddock adalah perilaku yang berkaitan dengan kesehatan (health-related behavior) dan perilaku yang dituntun oleh kesehatan (health-directed behavior).
Tipe pertama, merujuk pada tindakan yang ada kaitannya dengan kesehatan tetapi belum tentu berhubungan langsung dengan upaya untuk memulihkan, mempertahankan atau meningkatkan kesehatan seseorang, misalnya mengurus surat keterangan berbadan sehat dari dokter untuk memperoleh surat izin mengemudi kendaraan bermotor atau untuk memenuhi persyaratan lamaran pekerjaan.
Tipe kedua, merujuk pada tindakan yang memang dilakukan dengan maksud untuk memulihkan, mempertahankan atau meningkatkan kesehatan seseorang, seperti berobat ke dokter di kala kesehatan terganggu atau minum obat anti malaria sebelum berkunjung ke suatu daerah endemis malaria.
Kategori-kategori lain yang kemudian diperkenalkan Glanz dan Maddock ialah perilaku merawat diri (self-care behavior), yaitu tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan diri misalnya menggosok gigi dengan teratur, mengonsumsi obat bebas atau mengobati dan membalut luka sendiri.
Perilaku pemanfaatan perawatan kesehatan (health care utilization behavior) misalnya pemanfaatan puskesmas, klinik, rumah sakit atau praktik dokter untuk menanggulangi gangguan Kesehatan.
Perilaku makan (dietary behavior), yaitu pola makan atau pola konsumsi yang terkait dengan makan yang dilakukan seseorang, misalnya memasak daging ayam sampai 80o C selama sekurang-kurangnya 1 menit untuk mencegah tertular flu burung.
Perilaku penggunaan zat (substance-use behavior), yaitu perilaku penggunaan berbagai jenis zat, seperti minuman keras secara berlebihan termasuk penyalahgunaan obat resep seperti golongan narkotika.
Perilaku seks (sexual behavior) baik yang melibatkan hubungan seks atau tidak, seperti berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom
Perilaku nekat (reckless behavior), yaitu penempatan diri dalam keadaan yang meningkatkan risiko terhadap gangguan kesehatan, cedera atau ancaman terhadap jiwa, seperti membersihkan kaca gedung bertingkat tanpa dilengkapi dengan perlengkapan pengaman yang memadai atau kontak langsung dengan unggas yang sudah diduga terinfeksi flu burung.
Glanz dan Maddock juga menyebutkan adanya perilaku kesehatan yang dilakukan dalam jangka waktu panjang.
Pola perilaku kompleks berkesinambungan mereka namakan perilaku ‘gaya hidup’ (lifestyle behavior). Bilamana himpunan perilaku berkesinambungan tersebut berkaitan dengan kesehatan, mereka menamakannya dengan ‘gaya hidup sehat’ (healthty lifestyle).
Dari berbagai contoh tersebut tampak bahwa perilaku kesehatan tidak selalu menunjang kesehatan, ada pula perilaku kesehatan yang membahayakan kesehatan, seperti penyalahgunaan narkotika atau makan makanan cepat saji yang berkadar lemak tinggi.
Ditinjau dari segi medis perilaku kesehatan pun tidak selalu efektif, sebagaimana pernah terungkap dalam berbagai survei, upaya pekerja seks untuk mencegah HIV/AIDS dengan memperoleh suntikan secara berkala atau upaya warga di daerah endemi malaria untuk mencegah malaria dengan menghindari makan nasi Padang merupakan perilaku kesehatan yang ditinjau dari segi medis tidak efektif.