Rute pemberian obat parenteral akan menjadi pokok bahasan kita kali ini. Selain itu, akan dibahas juga terkait mekanisme kerja, keuntungan dan kerugian dari pemberian obat rute secara parenteral.
Yuk, simak penjelasan lengkapnya!
Pengertian Rute Parenteral
Rute parenteral adalah memberikan obat dengan meninginjeksi ke dalam jaringan tubuh, obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui usus/ saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya, sediaan injeksi atau suntikan.
Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. Rute parenteral biasanya digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui slauran cerna.
Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.
BACA JUGA: Pemberiaan Obat Secara Oral
Kelebihan
Kelebihan dari rute obat yang diberikan secara parenteral adalah:
- Bisa untuk pasien yang tidak sadar,
- Sering muntah dan tidak kooperatif,
- Tidak dapat untuk obat yang mengiritasi lambung,
- Dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati, bekerja cepat dan dosis ekonomis.
Kekurangan
Sedangkan kekurangan dari rute obat yang diberikan secara parenteral adalah:
- Kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan,
- Tidak disukai pasien,
- Berbahaya (suntikan-infeksi).
Cara Pemberian Obat Parenteral
untuk lebih lengkapnya berikut beberapa cara pemakaian obat dengan parenteral, antara lain:
1. Intravena (IV)
Suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yang sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan.
Obat langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.
Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati.
Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntikkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal.
Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan.
Oleh karena itu, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.
Kelebihan obat yang diberikan secara IV adalah:
- Cepat mencapai konsentrasi
- Dosis tepat
- Mudah menitrasi dosis.
Sedangkan kekurangannya adalah:
- Obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik lebih mudah terjadi,
- Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih cepat terjadi
- Pemberian intravena (iv) harus dilakukan perlahan-lahan sambil mengawasi respons penderita
- Konsentrasi awal tinggi toksik, invasive resiko infeksi,
- Memerlukan keahlian.
2. Intramuskular (IM)
Suntikan intramuskular adalah pemberian obat dengan cara menginjeksikan obat ke jaringan otot, obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berupa suspensi obat dalam vehikulum nonaqua seperti etilenglikol.
Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat berlangsung lambat.
Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikan suatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapeutik yang panjang.
Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi. Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
Kelebihan dari rute intra muskular adalah:
- Tidak diperlukan keahlian khusus,
- Dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak,
- Absorbsi cepat obat larut dalam air.
Kekurangan rute intra muskular adalah:
- Rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah (Clotting time).
- Bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.
3. Intrakutan
Memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan kulit yang dilakukan pada lengan bawah bagian dalam atau tempat lain yang dianggap perlu.
Tujuan dari rute ini adalah melaksanakan uji coba obat tertentu (misalnya skin test penicillin), memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dilakukan dengan cara suntikan intrakutan, membantu menentukan diagnose terhadap penyakit tertentu (misalnya, Tuberkulin Test).
4. Subkutan
Suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan intravaskular.
Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya.
Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian.
Contoh-contoh lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi untuk jangka yang sangat panjang.
Suntikan subkutan hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan. Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama.
Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi. Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya.
Kelebihan penyuntikkan dibawah kulit adalah:
- Diperlukan latihan sederhana.
- Absorbs cepat obat larut dalam air.
- Mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.
Namun, kekurangan dari penyuntikkan dibawah kulit adalah:
- Dalam pemberian subkutan yaitu rasa sakit dan kerusakan kulit.
- Tidak dpat dipakai jika volume obat besar.
- Bioavibilitas bervariasi sesuai lokasi.
- Efeknya agak lambat.
5. Intramuscular (IM)
Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi. Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
Kelebihan dari pemberian obat melalui rute intramuscular adalah:
- Tidak diperlukan keahlian khusus.
- Dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak.
- Absorbsi cepat obat larut dalam air.
Kekurangan dari pemberian obat melalui rute intramuscular adalah:
- Rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah (Clotting time).
- Bioavailibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.
6. Intrathecal
Obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu cerebrospinal seperti pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi sistem syaraf pusat yang akut.
Mekanisme Kerja Obat
Proses perjalanan obat secara intravena adalah obat dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena dengan cara diinjeksi. Obat masuk ke dalam vena superficialis dorsum manus yang ada dipergelangan tangan kemudian mengalir ke vena chepalica dan vena basilica.
Vena basilica dan vena chepalica ini bermuara pada vena axilaris selanjutnya menuju ke vena subclavia lalu ke truncus brachiochepalic kemudian akan masuk ke jantung untuk dipompa melalui vena cava superior ke atrium kanan lalu ke ventrikel kanan dan dibawa menuju ke paru melalui arteri pulmonalis untuk dibersihkan.
Setelah dibersihkan darah akan dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis masuk ke atrium kiri lalu ke ventrikel kiri kemudian dibawa keluar melalui aorta dan selanjutnya akan disebarkan ke seluruh tubuh termasuk paru-paru,darah akan dibawa ke paru-paru melalui arteri brochialis.
Penutup
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah ksehatan.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya.
Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Rute pemberian obat melalui parenteral harus di berikan oleh petugas yang terlatih, harus hati-hati dalam mengerjakannya.
Rute intravena obat tidak mengalami tahap absorpsi, obat langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.
Namun kerugiannya adalah obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik lebih mudah terjadi. Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi.
Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi dari obat yang diberikan melalui intramuskular. Obat yang sukar larut seperti diazepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
Rute sub cutan hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan. Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan Lebih lama.
Absorpsi menjadi Lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi.
Metode peritoneal banyak digunakan untuk mengelola obat kemoterapi untuk mengobati kanker, terutama kanker ovarium. Penggunaan khusus ini telah direkomendasikan, kontroversial, sebagai standar perawatan.
Referensi
Nuryati. (2017). Farmakologi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 148, 148–162.
Stevani, H. (2016). Praktikum Farmakologi. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi, 171.