Topik kali ini terkait penyakit pernapasan atau respirasi dan penggolongan prinsip pengobatan yang sering dilakukan. Silahkan simak penjelasannya dan jangan lupa untuk menyimak artikel terkait lainnya.
Jenis Penyakit Pernapasan
Berikut beberapa penyakit pernapasan, antara lain:
1. Chronic Respiratory Affection (CARA)
Chronic Respiratory Affection (CARA), mencakup semua penyakit saluran pernapasan yang mempunyai ciri penyumbatan (obstruksi) bronchi karena pengembangan mukosa/sekresi sputum (dahak) berlebihan, serta kontraksi otot polos saluran napas (bronchi) berlebihan. Penyakit yang tergolong CARA antara lain: asma, bronchitis kronis, dan emfisema paru.
2. Asma (asthma bronchiale)
Asma (asthma bronchiale) atau bengek adalah suatu penyakit alergi kronis yang berciri serangan sesak napas akut secara berkala yang disertai batuk dan hipersekresi dahak.
Asma terjadi karena meningkatnya kepekaan bronchi disbanding saluran napas normal terhadap zat-zat merangsang yang dihirup dari udara.
Serangan asma biasa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam dan dapat diatasi dengan pemberian obat secara inhalasi/oral, namun dalam keadaan gawat perlu diberi suntikan adrenalin, teofilin, dan atau hormone kortikosteroida.
Faktor keturunan memegang peranan penting pada terjadinya asma. Pasien asma memiliki kepekaan terhadap infeksi saluran napas, akibatnya adalah peradangan bronchi yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Bronchitis Kronis
Bronchitis kronis bercirikan batuk menahun dan banyak mengeluarkan sputum (dahak), tanpa sesak napas/sesak napas ringan.
Biasanya disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan, terutama oleh Haemophilus influenza/Streptococcus pneumonia.
Pengobatan biasanya dengan antibiotic selama minimal 10 hari, agar infeksi tidak kambuh. Obat yang digunakan adalah Amoksilin, Eritrosin, Sefradin dan Sefaklor yang berdaya bakterisid terhadap Haemophilus influenza/ Streptococcus pneumonia.
4. Emfisema paru (pengembangan)
Emfisema paru (pengembangan) berciri sesak napas terus-menerus yang sangat hebat pada waktu mengeluarkan tenaga dan seringkali dengan perasaan letih dan tidak bergairah.
Penyebabnya adalah bronchitis kronis dengan batuk menahun, serta asma.
Pengobatan
Pengobatan asma dan bronchitis dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu terapi serangan akut, status asmathicus, dan terapi pencegahan.
1. Terapi Serangan Akut
Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan kejang bronchi. Obat yang digunakan adalah Salbutamol/Terbutalin, sebaiknya secara inhalasi (efek 3-5 menit). Kemudian dibantu dengan Aminophilin dalam bentuk suppositoria.
Obat lain yang dapat digunakan adalah Efedrin dan Isoprenalin, dapat diberikan sebagai tablet, namun efeknya baru kelihatan setelah ± 1 jam.
Inhalasi dapat diulang setelah 15 menit sebelum memberikan efek. Bila belum memberikan efek juga, maka perlu diberi suntikan IV Aminophilin/Salbutamol, Hidrokortison/Prednison. Sebagai tindakan pengobatan akhir dengan Adrenalin IV dengan diulang 2 kali dalam 1 jam.
2. Status Asmathicus
Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Hal ini disebabkan oleh blockade reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran napas. Pengobatan dengan suntikan IV Aminophilin/ Salbutamol dan Hidrokortison dosis tinggi (200 – 400 mg per jam sampai maksimum 4 gram sehari).
3. Terapi Pencegahan
Dilakukan dengan pemberian bronchodilator, misalnya: Salbutamol, Ipatropium atau Teofilin. Bila karena alergi perlu ditambahkan Ketotifen.
BACA JUGA: Penggolongan Obat Respirasi
Penutup
Sistem Pernafasan terdiri atas saluran nafas dan pusat-pusat pernafasan. Saluran nafas terbagi atas saluran nafas bagian atas yang terdiri dari laring, nasofaring, rongga hidung dan saluran nafas bagian bawah yang terdiri dari atas alveolus,bronchus, bronchiolus dan trachea.
Pusat-pusat pernafasan berfungsi mengatur ritme pernafasan. Pusat batuk berhubungan dengan pusat pernafasan. Gangguan Sistem Pernafasan terjadi depresi pusat pernafasan, hambatan pada saluran nafas, radang saluran nafas dan emfisema, pleuritis, asma dan tumor.
Referensi
Nuryati. (2017). Farmakologi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 148, 148–162.
Stevani, H. (2016). Praktikum Farmakologi. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi, 171.
Suprapti, T. (2016). Praktikum Farmasetika Dasar. 148, 148–162.