Plak gigi adalah deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya.
Berbeda halnya dengan lapisan terdahulu, plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara kumur ataupun semprotan air dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis.
Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diwarnai dengan larutan diskosing. Jika menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning.
Plak biasanya mulai terbentuk pada sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi yang cacat dan kasar.
Mekanisme Pembentukan Plak Gigi
Proses pembentukan plak gigi terdiri atas dua tahap. Tahap pertama merupakan pembentukan lapisan aquired pelicle sementara tahap kedua merupakan tahap proliferasi bakteri.
Pada tahap pertama, setelah aquired pelicle terbentuk, bakteri mulai berpoliferasi disertai dengan pembentukan matriks interbakterial yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler yaitu levan dan dextran dan juga mengandung protein saliva.
Hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada tahap pertama, yaitu Streptococcus mutans, Streptococcus bovis, Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri dari atas jenis kokus pada tahap awal poliferasi bakteri.
Bakteri tidak dapat membentuk lapisan kontinu di atas permukaan aquired pelicle melainkan sebagai suatu kelompok-kelompok kecil yang terpisah.
Suasana lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob sehingga hanya mikroorganisme aerob dan fakulatif yang dapat tumbuh dan berkembang biak.
Jadi, pada tahap awal ini bakteri yang dapat tumbuh adalah jenis kokus dan basilus yang fakulatif (Neisseria, Nocardia dan Streptpcoccud).
Streptococcus meliputi 50% dari seluruh populasi dan yang terbanyak adalah jenis Streptococcus sanguis. Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan plak bertambang tebal dan karena adanya hasil metabolisme dan adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan di bagian dalam plak berubah menjadi anaerob.
Setelah kolonisasi pertama oleh Streptococcus, berbagai jenis mikroorganisme lain memasuki plak, hal ini dinamakan “Phenomena of succesion”.
Pada keadaan ini dengan bertambahnya umur plak, terjadi pergeseran bakteri di dalam plak. Menurut Kresse, keadaan ini dapat terjadi kompetisi di antara bakteri sehingga dapat membatasi pertumbuhan bakteri.
Terhambatnya pertumbuhan bakteri, selain disebabkan oleh kurangnya bahan makanan juga disebabkan oleh adanya gas-gas sebagai hasil metabolisme bakteri yang bersifat toksik bagi bakteri, yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Sementara hasil metabolisme yang lain menyebabkan rangsangan terhadap pertumbuhan bakteri Veilonella dan hal ini menyebabkan meningkatnya polisakarida ekstraseluler berberat molekul tinggi sehingga memengaruhi tegangan permukaan dan tekanan osmotik di dalam plak. Susunan bakteri dalam plak dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Pada tahap kedua jika kebersihan mulut diabaikan, dua sampai empat hari, kokus gram negatif dan basilus akan bertambah jumlahnya (dari 7% menjadi 30%), dengan 15% di antaranya terdiri atas bacillus yang bersifat anaerob.
Pada hari kelima, Fusobacterium, Aactinomyces, dan Veillonella yang aerob akan bertambah jumlahnya.
Pada tahap ketiga, pematangan plak pada hari ketujuh ditandai dengan munculnya bakteri jenis Spirochaeta dan Vibrio sementara jenis filamen terus bertambah, dengan peningkatan paling menonjol pada Actinomyces naeslundi.
Pada hari kedua puluh delapan dan kedua puluh sembilan, Streptococcus akan terus berkurang jumlahnya.
Faktor-faktor Yang Memengaruhi Pembentukan Plak
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan plak pada gigi, antara lain:
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas terlihat setelah dilakukan pewarnaan.
Pada daerah terlindung karena kecembungan permukaan gigi, pada gigi yang letaknya salah, pada permukaan gigi dengan kontur gusi yang buruk, pada permukaan email yang banyak cacat, dan pada daerah pertautan sementoemail yang kasar, terlihat jumlah plak yang lebih banyak.
2. Friksi atau Gesekan oleh Makanan yang Dikunyah
Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah hanya terjadi pada permukaan gigi yang tidak terlindung. Pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.
3. Pengaruh Diet
Pengaruh diet terhadap pembentukan plak telat diteliti dalam dua aspek yaitu pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya secara sebagai sumber makanan bagi bakteri di dalam plak.
Jenis makanan, yaitu keras dan lunak, mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi. Ternyata plak banyak terbentuk jika kita mengkonsumsi makanan lunak, terutama makanan yang mengandung karbihidrat jenis sukrosa, karena akan menghasilkan dekstran dan levan yang memegang peranan penting dalam pembentukan matriks plak.
Struktur dan Komposisi Plak
Berikut ini adalah struktur dan komposisi dari plak, antara lain:
1. Komposisi Secara Keseluruhan
Plak sebagian besar terdiri atas air dan berbagai macam mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler dan protein saliva.
Sekitar 80% dari berat plak adalah air, sementara jumlah mikroorganisme kurang lebih 250 juta per mg berat basah.
Selain terdiri atas mikroorganisme, juga terdapat sel-sel epitel lepas, leukosit, partikel-partikel sisa makanan, garam anorganik yang terutama terdiri atas kalsium, fosfat dan fluor.
2. Komposisi Bakteri
Bakteri yang terdapat pada permukaan luar, terdiri atas bakteri jenis aerob, sedang bakteri yang terdapat pada permukaan dalam terdiri atas bakteri anaerob.
Bakteri anaerob cenderung lebih banyak karena oksigen yang masuk kebagian dalam hanya sedikit sehingga memungkinkan bakteri anaerob tumbuh dengan subur.
Bakteri di dalam plak tidak sama dengan yang terdapat dalam rongga mulut, laktobasilus yang dulu dikira merupakan penyebab utama dari karies ternyata hanya hadir dalam jumlah kecil di dalam plak, sedangkan dalam saliva jumlah laktobasilus sangat besar, sementara streptokokus yang banyak terdapat di dalam plak hanya terdapat sedikit di dalam saliva.
Bakteri-bakteri yang berada di dalam plak selain dapat menghasilkan asam (asidogenik) dari makanan yang mengandung karbohidrat juga dapat bertahan berkembang-biak dalam suasana asam (acidurik).
Berdasarkan hasil penelitian, komposisi bakteri dalam plak itu bervariasi. Komposisi bakteri dalam plak bergantung pada daerah dan regio dari gigi dan juga umur plak.
Distribusi bakteri dalam plak sangat variabel, namun pada umumnya bakteri di lapisan bagian dalam berkumpul membentuk koloni yang lebih padat serta mempunyai dinding yang lebih tebal dan terutama terdiri atas jenis kokus, sedangkan jenis filamen umumnya tumbuh dengan sumbu panjang sel-selnya tegak lurus pada permukaan gigi, pada gambaran mikroskopis tampak gambaran palisade atau seperti pagar.
3. Komposisi Matriks Plak Gigi
Telah diketahui bahwa bakteri di dalam plak terpendam di dalam matriks interseluler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa matriks ini terutama terdiri atas:
a. Polisakarida Ekstraseluler
Jenis utama bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler adalah beberapa galur (strain) streptokokus, yaitu Streptococcus mutans, Streptococcus bovis, Streptococcus sanguis dan galur streptokokus lainnya.
Bakteri-bakteri ini membentuk polisakarida ekstraseluler dari karbohidrat terutama sukrosa.
Telah ditemukan berbagai macam polisakarida ekstraselulerdi dalam plak, tetapi yang terutama adalah dekstran yang merupakan polimer glukosa dan levan yang merupakan polimer fruktosa.
Secara biokomia jalannya sintesa adalah sebagai berikut:
- Sukrosa + enzim bakteri (dekstransukrase)
- Dekstran + fruktosa
- Sukrosa + enzim bakteri (levansukrosa)
- Levan + glukosa
Dekstran merupakan polimer glukosa yang mempunyai berat molekul berbeda-beda (namun semuanya di atas satu juta) dan mempunyai sifat tidak larut dalam air, sangat adhesif dan resisten terhadap hidrolisis oleh bakteri di dalam plak, dan merupakan senyawa yang stabil.
Sifat-sifat tersebut memungkinkan dekstran berfungsi sebagai matriks daripada plak gigi. Dekstran mempunyai panjang rantai yang berbeda-beda sehingga diusulkan nama umum, yaitu “glukan” sebagai golongan polisakarida yang merupakan polimer glukosa.
Sukrosa merupakan subtrat utama bagi pembentukan dekstran, namun penelitian terakhir menunjukkan bahwa bakteri dapat membentuk polisakarida lain selain dekstran, dari glukosa dan gula-gula lainnya.
Bakteri-bakteri di dalam plak juga membentuk polimer fruktosa, yaitu levan. Levan ini lebih mudah larut dalam air dan dapat dihidrolisis lebih banyak oleh bakteri dibanding dengan dekstran. Karena tidak begitu stabil, diperkirakan peranan Levan sebagai komponen matriks plak agak terbatas.
Namun, para ahli mengakui bahwa Levan dan polisakarida lain yang serupa juga penting sebagai perantara bagi kolonisasi dan perlekatan bakteri di atas permukaan gigi.
Perbedaan antara dekstran dan levan ini penting dalam hubungannya dengan retensi plak.
Pada permukaan licin gigi, kolonisasi bakteri terutama dilakukan oleh jenis-jenis yang mempunyai kemampuan besar untuk membentuk dekstran, misalnya streptococcus mutans, sedangkan pada permukaan akar lebih terlindung terhadap tekanan-tekanan mekanis yang melepaskan plak, organisme pembentuk levan, seperti Odontomyces viscosus dapat berkoloni dan membentuk plak.
b. Protein Saliva
Selain polisakarida ekstraseluler yang telah disebutkan di atas, beberapa ahli mengatakan bahwa matriks dari plak juga mengandung protein dari saliva, sisa-sisa sel bakteri yang telah mengalami lisis, dan beberapa mineral.
Leach dan kawan-kawan menunjukkan dengan suatu percobaan bahwa diet tidak mengandung karbohidrat, matriks dari plak yang terbentuk di atas permukaan gigi hampir sama sekali tidak mengandung karbohidrat polisakarida ekstraseluler.
Dalam hal ini ternyata bahwa matriks dari plak tersebut terdiri atas asam-asam amino yang merupakan karakteristik glikoprotein saliva.
4. Komposisi Komponen Anorganik
Plak gigi mengandung konsentrasi kalsium dan fosfat yang jauh lebih tinggi daripada di dalam saliva. Konsentrasi unsur-unsur ini berbeda pada satu daerah plak dengan yang lainnya, pada satu pasien dengan pasien lain.
Sebagai contoh, plak di daerah insisif rahang bawah mengandung kalsium dan fosfat yang jauh lebih tinggi dari pada plak di regio lain.
Jika diet mengandung banyak sukrosa atau gula-gula lain, konsentrasi kalsium dan fosfat turun dengan cepat. Ini mungkin disebabkan karena kebutuhan bakteri akan unsur-unsur tersebut meningkat sewaktu terjadi metabolisme gula-gula tersebut.
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa plak dapat mengikat kalsium dalam jumlah besar dan hal ini mungkin berhubungan dengan perpindahan kalsium ke dalam dan ke luar email.
Selain kalsium dan fosfat, plak gigi juga mengandung fluor dalam konsentrasi kurang lebih 80 ppm pada pasien yang meminum air yang telah difluoridasi (dalam konsentrasi 1 ppm).
Diperkirakan sebagian besar fluor ini terikat pada protein plak serta bakteri di dalam plak.
Fluor dalam konsentrasi 80 ppm ini sebenarnya dapat menekan atau menghalangi reaksi enzimatik bakteri, termasuk sintesa polisakarida intra dan ekstraseluler yang penting dalam pembentukan plak. Akan tetapi untuk dapat berefek demikian, dibutuhkan fluor dalam bentuk bebas sedangkan jumlah fluor dalam bentuk ion bebas di dalam plak ini belum diketahui dengan pasti.
Oleh karena itu belum dapat dipastikan apakah fluor di dalam plak tersebut mempunyai efek kariostatik atau tidak.
Penyakit Yang Ditimbulkan Oleh Plak
Berikut beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan oleh plak, antara lain:
1. Karies
Hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm, dan hasil diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya disebut dengan karies gigi.
2. Gingivitis
Peradangan yang terjadi pada gingival/gusi disebut dengan gingivitis. Penyakit ini disebabkan kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut yang ditandai dengan gusi tampak merah, agak membengkak, sering berdarah saat menggosok gigi.
3. Periodontitis
Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau yang disebut periodontitis. Hal ini disebabkan oleh bakteri dalam plak gigi akan menyabar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya.
Demikian penjelasan yang bisa menjawab tentang pengertian plak gigi, semoga membantu menjawab pertanyaan anda, kami ucapkan terima kasih.