Setetes Sesal di Pojok Sofa

Setetes Sesal di Pojok Sofa

Kekasihmu sedang bebenah kamar, mengepaki barang-barang yang sudah kauhafal. Kemeja biru yang pernah kaupeluk itu dilipatnya masuk koper, buku-buku yang pernah kautandai halamannya kini ditumpuk ke dalam kardus. Besok dia pergi ke luar negeri, demi melanjutkan studi. Jauh sekali. Kalian akan sulit untuk saling menjumpai meski hanya satu tahun sekali. Kau bahkan belum mengerti, kenapa pendidikan sebegitu penting, hingga seorang lelaki rela meninggalkan perempuannya sendiri.

Kau tetap gelisah dalam dudukmu. Kehilangan akal untuk membuka pembicaraan. Ini keputusan siapa? Hatimu siapa yang kelak menjaga? Semua terjadi tanpa pernah ada penolakan; tanpa pernah terasa pertengkaran. Kau dan dia sama-sama pendiam, dan cinta terlalu gagap, bahkan untuk orang-orang paling cerewet seperti ibumu. Ibumu yang berkali-kali memaksamu untuk buruan menikah. Dan lelaki itu malah pergi ke negeri orang, bukan ke rumahmu.

Merasa lelah, lelaki berambut tipis itu duduk di atas dus berisi buku. Dengan tekun dia benahi keringat yang menetes dari pelipisnya, seolah tak ingin satu pun kenangan tercecer di rumah itu.

Bacaan Lainnya

Kauberhenti menatapnya, lantas tertunduk ke lantai. Jemarimu masih gemetar. “Apa kita bisa melewati ini? Aku ragu.”

“Aku bukan pergi perang. Cuma kuliah. Pasti baik-baik saja.”

“Iya, kuliah yang jauh sekali…”

“Jauh atau dekat, yang penting saling percaya. Tidak perlu memaksa selalu sama-sama. Aku mau ngejar cita-citaku, dan kamu harusnya kejar punyamu. Kita jaga komunikasi, lalu jumpa lagi nanti dengan perasaan yang sama. Seperti sekarang.”

Kau ingin percaya pada perkataannya, tapi itu terasa sulit. Menjaga hati bukan perkara remeh. Kadang malah kau menyangka, rasa cinta itu datangnya dari setan. Ia susah diatur. Saat tak diundang malah datang. Giliran hendak dipertahankan, justru pergi. Dan kini umurmu sudah seperempat abad. Apa bisa kalian bertahan memegang janji yang bahkan tidak bermaterai?

Keesokan paginya dia betulan pergi. Tapi kau tidak mengantar ke bandara lantaran tak mau menatap punggungnya menjauh dan hilang. Dengan tabah, kau duduk menekuri keputusan kalian semalam. Kalian mengambil jalan terbaik untuk tidak lagi di jalan yang sama. Tidak ada yang menangis. Kalian bertengkar dengan elegan. Mungkin nanti kau kawin dengan anak juragan pepaya lalu mengirim surat undangan pernikahan ke Belanda. Kepadanya. Tidak apa-apa. Dia akan hidup dalam kenanganmu.

Sekarang jam delapan pagi. Satu jam lagi dia naik ke pesawat. Tiba-tiba terasa nyeri di ulu hatimu. Setiap putaran jarum jam seperti mencekik. Detik demi detik. Suara jantungmu kian berisik, memantul di tembok-tembok yang sunyi. Perpisahan ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan.

Lembar-lembar sesal mulai tercetak di pikiranmu. Harusnya kau mempertahankannya. Harusnya kau membantunya membenahi kamarnya sambil tetap mendukung pilihannya untuk mengejar cita-cita. Harusnya kau tidak terlalu lemah sebagai perempuan. Dan seharusnya kalian tidak terlalu mudah saling melepaskan.

Tangismu tumpah ke sofa.

Lalu kau berlari dengan mata yang mulau keruh, berusaha mengejarnya kembali. Selalu saja seperti itu adegan orang-orang yang menyesal. Seperti di fim-film romantis. Kau pun merasa yakin bisa menahannya di bandara, lalu kalian bisa membina hubungan ini lebih lama.

Naif.

Sampai sana, masih dengan dada pengap habis berlari, sempat kau lihat punggungnya. Tapi hanya itu. Hanya kepergiannya. Kau bahkan tidak mampu menahan bau badannya untuk tak beranjak.

Wajahmu mulai menekuk dipahat air mata. Cengeng lebih dari biasanya. Lalu kau berusaha merapikan beberapa kenangan, meletakkannya di tengah kalbu, dan menjauhkan sebungkus penyesalan di pojok paling tak terlihat. Kau sama sekali tak ingin mengingat bahwa dia pasti pulang, tapi tidak pulang untukmu.

/// Cerita pendek atau cerpen ini adalah karya terbaik dari anak-anak KF (Kampus Fiksi).

Berikan Nilai post

Yuk, Kami juga Ada di Google News, KLIK DISINI!

Artikel Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *