Di Kaki Eiffel Karya Arief Mulyanto

Di Kaki Eiffel Karya Arief Mulyanto

Di Kaki Eiffel

Oleh: Arief Mulyanto

“Sayang, aku begitu senang hari ini. Detik ini. Kau telah membuat mimpi menjadi nyata,” ucap Monique dengan bersemangat.

Bacaan Lainnya

“Apa sih yang enggak buat istriku tercinta,” tutur Bellamy, seulas senyum menghiasi bibirnya yang tipis.

Kulihat sekeliling kamar hotel yang berwarna merah jambu. Kesan feminine begitu melekat di kamar ini, ya kamar pilihanku. Aku pun tak harus bersusah payah untuk membujuk Bellamy untuk menginap di hotel yang bernama Vice Versa ini. Aku begitu mengangumi rancangan hotel ini. Rancangan Chantal Thomas yang kuketahui sebagai seorang perancang pakaian dalam juga.

“Romantiskan, Sayang?” tanya Bellamy.

“Iya, aku begitu menyukainya.”

“Bulu-bulu, dekorasi kue yang ada di kamar ini begitu menggoda. Menggoda untuk dinikmati,” celetuk Bellamy sambil terkekeh pelan.

Kulemparkan sebuah bantal ke arah Bellamy. “Ayo kita harus bersiap-siap, kita harus meninggalkan Arondisenem 15 Paris, ke tempat tujuan kita!” perintahku pada Bellamy.

“Baiklah, Sayang, kita harus menikmati bulan madu kita. Menikmati tempat-tempat yang indah yang tak dapat kita temukan di Montreal.”

Bellamy kemudian berjalan menuju kamar mandi meninggalkan aku yang mematung dengan pakaian yang sudah siap.

***

Udara musim semi yang sejuk membelaiku dengan penuh harapan. Harapan tentang indahnya kehidupanku, seindah musim semi. Kuputuskan untuk mengunjungi tempat-tempat romantis di Paris.

Bellamy mengandeng tanganku erat saat kami melintasi jembatan Ponts des Arts. Kulangkahkan kakiku dengan pasti melewati jembatan yang menghubungkan Institute de France dan Museum Louvre.

“Lihat!” seru Bellamy sambil memberikan petunjuk padaku.

Kuikuti petunjuk yang dibuatnya dengan tangannya. Dapat. “Sungai Seine. Begitu indah.  Airnya bening, sebening matamu yang biru,” selorohku.

Bellamy tersenyum manis. “Kau mau melakukan apa yang setiap pasangan lakukan di sini?” selidiknya.

“Tentu saja! Tapi…, aku tidak mempersiapkannya. Aku begitu bodoh!” gumamku.

“Tak perlu khawatir Sayang, aku telah membawanya.”

Satu hal yang paling aku sukai dari Bellamy, lelaki itu selalu saja memberikanku kejutan-kejutan yang tak pernah bisa kutebak.

“Ini…, aku telah membawanya dari Montreal. Sebuah gembok dengan bentuk hati berwarna merah jambu, warna kesukaanmu, Sayang.”

Kudekap erat tubuh tegapnya. Sesekali rambut coklatku terbawa angin jatuh di tubuhnya. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling pagar kawat jembatan.

Aku akan mengabadikannya juga, batinku.

“Monique, Je t’aime,” bisik Bellamy sambil memberikan gembok itu padaku.

“Aku tahu, Sayang,” balasku.

Aku masih menjejakkan kaki di jembatan metal ini. Sebuah jembatan yang begitu tuanya. Dari informasi yang kudapat dari internet jembatan ini dibangun antara tahun 1981-1984. Bila aku tak keliru jembatan ini memiliki panjang 155 meter dan lebar 11 meter. Aku selalu saja mengagumi hal-hal berbau sejarah seperti jembatan ini.

“Ayo kita kaitkan gembok ini ke kawat besi!” ajak Bellamy.

Aku mengangguk, kemudian beringsut ke sisi tepi jembatan. Beribu gembok telah terkunci di situ, dan aku hanya bisa mengagumi. Begitu banyak pasangan yang ingin menorehkan kenangan di jembatan nan romantis ini.

“Selesai!!!” teriakku senang.

“Ayo kita sempurnakan!”

Bellamy mengambil sebuah spidol permanen dan menuliskan nama kita berdua.

“Mana kuncinya?”

“Ini.”

Bellamy mengambil kunci dari tanganku tanpa melepaskan tanganku juga. Cengkeramannya begitu kuat.

“Kita lemparkan ke sungai kunci ini. Agar kita tak bisa membuka apa yang telah kita abadikan di sini.”

Maaf, kutambahi satu gembok lagi. Kalau petugas pemelihara jembatan memindahkan gembok ini tak masalah, karena hatiku pun telah beralih, batin Bellamy.

Bellamy mengecup keningku dengan hangat saat ritual gembok cinta itu berakhir. Semua begitu tampak indah di hadapanku.

***

Dari ekor mataku ribuan lampu berpendar keemasan menaburi menara ini.  Eiffel selalu memukau, gumamku dalam hati. Malam Paris selalu bangga akan kehangatan lampu-lampu Eiffel yang menarik setiap pasang mata untuk menatapnya.

Beralaskan rumput yang halus aku duduk di taman di bawah menara Eiffel. Kuputuskan untuk langsung menikmati pemandangan malam yang terhampar indah di depan pelupuk mata. Bellamy memberitahukanku bahwa dia harus membeli sesuatu untukku. Dan aku berharap hal itu akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Lelah tanpa kusadari telah berada di kaki Eiffel selama satu jam. Kuputuskan untuk berjalan-jalan meregangkan kaki yang serasa kaku. Kulihat sejumlah orang tengah mengantre untuk bisa menikmati Eiffel dari atas, dari menara itu sendiri.

Sesekali kulihat foto-foto kami di jembatan. Senyum tak pernah absen dari bibirku. Tiba-tiba saja melintas gambaran betapa romantisnya bisa makan malam berdua di restoran di menara Eiffel.

“Bellamy!!!” teriakku ketika melihat sosoknya tepat di bawah konstruksi Eiffel.

“Tunggu. Dia tidak sendiri. Ada seorang gadis berambut pirang di situ. Bersamanya,” racauku.

Aku segera berlari menuju arah mereka. Jarak yang tak begitu jauh hingga membuatku dengan singkat menjangkau mereka.

Degg!!! Jantungku seakan berhenti berdetak.  Aku tak percaya apa yang kulihat. Wanita itu, Celine, sahabatku, yang kuketahui juga pernah menjalin hubungan dengan Bellamy. Aku tak akan ambil pusing jika mereka hanya berbincang-bincang seperti biasa. Tapi ini…, mereka tengah berpelukan mesra, dan bercumbu. Aku tak habis pikir kenapa Bellamy bisa berbuat sejahat ini setelah apa yang dia lakukan tadi pagi.

Bening kristal ini tak mampu kubendung lagi. Kubiarkan meluber di pipiku. Aku hancur.

“Jadi ini yang kau lakukan di belakangku?” tanyaku sambil menahan isak.

“Ini tak seperti yang kau pikirkan Monique,” jelas Celine.

“Aku tak perlu penjelasan dari kalian berdua. Semuanya sudah terjawab.”

“Monique!!! Dengarkan aku dulu!!!” pinta Bellamy.

Kubalikan tubuhku dari mereka. Aku bersiap pergi. Ternyata indahnya Paris malam ini tak seindah kisah cintaku.

***

/// Cerita pendek atau cerpen ini adalah karya terbaik dari anak-anak KF (Kampus Fiksi).

Berikan Nilai post

Yuk, Kami juga Ada di Google News, KLIK DISINI!

Artikel Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *