Efek Samping Obat

efek samping obat

Efek Samping Obat berbeda dengan efek toksik yang terjadi pada dosis tinggi, efek samping biasanya terjadi pada dosis terapi. Tingkat kejadian efek samping ini sangat bervariasi antara satu obat dengan obat lainnya.

Efek ini juga tidak dialami oleh semua orang karena masing-masing orang memiliki kepekaan dan kemampuan untuk mengatasi efek ini secara berbeda-beda. Efek samping suatu obat bisa lebih banyak dibandingkan efek terapinya.

Contohnya, adalah amlodipin (obat tekanan darah tinggi).

Bacaan Lainnya

Efek samping yang umum terjadi adalah jantung berdebar (sampai 4,5%), nyeri perut (1.6%), mual (2.9%), sakit kepala (7.3%), lemas (4.5%), dan lain-lain. Persentase dalam tanda kurung menunjukkan jumlah kejadian.

Tidak selamanya efek samping ini merugikan. Pada kondisi tertentu efek ini bisa dimanfaatkan.

Misalnya, efek mengantuk akibat obat antihistamin bermanfaat pada anak yang sedang batuk flue agar bisa beristirahat dengan baik. Efek samping ini bisa diperkirakan, tetapi ada juga yang tidak seperti reaksi alergi.

Ada beberapa kejadian dimana orang melepuh tubuhnya setelah menggunakan obat. Ini adalah salah satu contoh efek yang tidak bisa diprediksi atau diperkirakan.

Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek obat yang diinginkan. Semua obat mempunyai efek samping baik yang diinginkan maupun tidak.

Bahkan dengan dosis obat yang tepat pun, efek samping dapat terjadi dan dapat diketahui bakal terjadi sebelumnya. Efek samping terutama diakibatkan oleh kurangnya spesifitas obat tersebut, seperti betanekol (Urecholine).

Dalam beberapa masalah kesehatan, efek obat mungkin menjadi diinginkan, seperti Benadryl diberikan sebelum tidur: efek sampingnya yang berupa rasa kantuk menjadi menguntungkan. Tetapi pada saat-saat lain, efek samping dapat menjadi reaksi yang merugikan. Istilah efek samping dan reaksi yang merugikan kadang-kadang dipakai bergantian.

Reaksi yang merugikan adalah batas efek yang tidak diinginkan (yang tidak diharapkan dan terjadi pada dosis normal) dari obat-obat yang mengakibatkan efek samping yang ringan sampai berat, termasuk anafilaksis (kolaps kardiovaskular).

Reaksi yang merugikan selalu tidak diinginkan. Memang betul bahwa selain memberikan efek terapi yang diharapkan, obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan yaitu efek samping obat.

Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara molekul obat dengan tempat kerjanya.

Jadi, suatu obat yang bekerja pada tubuh kita tidak selalu bekerja secara spesifik, ia dapat bekerja pada suatu reseptor tertentu yang terdistribusi luas pada jaringan tubuh. Jika interaksi ini terjadi maka ada efek lain yang dapat timbul.

Faktor-faktor Pendorong

Faktor-faktor pendorong terjadinya efek obat dapat berasal dari faktor pasien dan dari faktor obatnya sendiri, antara lain:

1. Faktor pasien

Faktor pasien yaitu faktor intrinsik yang berasal dari pasien, seperti umur, faktor genetik, dan penyakit yang diderita. Berikut penjelasannya:

a. Umur

Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolismenya belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun.

b. Genetik dan Kecenderungan Untuk Alergi

Pada orang-orang tertentu dengan variasi atau kelainan genetik, suatu obat mungkin dapat memberikan efek farmakologi yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya efek dari obat. Genetik ini juga berhubungan dengan kecenderungan terjadinya alergi.

Contohnya, pada penisilin, sekitar 1-5% orang yang mengonsumsi penisilin mungkin mengalami reaksi alergi.

c. Penyakit Yang Diderita

Untuk pasien yang mengidap suatu penyakit tertentu, hal ini memerlukan perhatian khusus.

Misalnya, untuk pasien yang memiliki gangguan hati atau ginjal, beberapa obat dapat menyebabkan efek samping serius, maka harus dikonsultasikan pada dokter mengenai penggunaan obatnya.

2. Faktor Intrinsik Dari Obat

Faktor intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping, seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan adanya interaksi antar obat.

a. Pemilihan obat

Setiap obat tentu memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda, tempat kerja yang berbeda, dan tentunya efek yang berbeda pula.

Maka dari itu, harus diwaspadai juga efek samping yang mungkin terjadi dari obat yang dikonsumsi

b. Jangka waktu penggunaan obat

Efek samping beberapa obat dapat timbul jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.

Contohnya, penggunaan parasetamol dosis tinggi pada waktu lama akan menyebabkan hepatotoksik atau penggunaan kortikosteroid oral pada jangka waktu lama juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius seperti moonface, hiperglikemia, hipertensi, dan lain-lain.

Lain lagi dengan penggunaan AINS (anti inflamasi non steroid) berkepanjangan, dapat muncul efek samping berupa iritasi dan nyeri lambung.

3. Interaksi obat

Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab munculnya efek dari suatu obat.

Ada beberapa obat ketika dikonsumsi secara bersamaan, akan muncul efek yang tidak diinginkan. Contohnya, kombinasi antara obat hipertensi inhibitor ACE dengan diuretik potasium-sparing (spironolakton) dapat menyebabkan hiperkalemia.

Berdasarkan uraian sebelumnya, efek dari suatu obat yang terjadi dapat bermacam-macam, mulai dari efek yang ringan seperti mengantuk, mual, alergi, pusing, dan lain-lain.

Bahkan ada juga yang cukup berat seperti seperti syok anafilaksis, gangguan pada saluran cerna (nyeri lambung), gangguan pada darah, gangguan pada pernapasan, dan sebagainya.

Masalah efek samping obat tidak boleh diabaikan begitu saja oleh karena dapat menimbulkan dampak negatif seperti: ketidaknyamanan pasien dalam mengonsumsi obat yang dapat berujung pada kegagalan terapi, timbulnya keluhan gejala penyakit baru karena obat, dan adanya efek psikologik penderita yang menyebabkan menurunnya kepatuhan dalam mengonsumsi obat.

Cara Mengatasi Efek Samping Obat

Lalu bagaimana usaha kita untuk mengatasi bila terjadi efek samping obat?

Sebenarnya tidak semua efek samping berakibat buruk, contohnya efek samping mengantuk yang ditimbulkan bila kita mengonsumsi obat flu, obat batuk, atau obat alergi seperti CTM.

Efek kantuk yang ditimbulkan tidak perlu diatasi, karena efek ini dibutuhkan pasien untuk bisa istirahat. Tapi bagaimana dengan efek samping yang menganggu seperti mual muntah akibat kemoterapi? Atau nyeri lambung akibat penggunaan AINS? Pada pasien yang menjalani kemoterapi dan merasa mual bisa diatasi dengan obat antimual, tentunya sesuai dengan resep dokter.

Pasien rematoid artritis yang harus mengonsumsi AINS dalam jangka waktu panjang dapat mengatasi nyeri lambungya dengan obat-obatan gastrointestinal sesuai anjuran dokter.

Nah, tentunya selain melakukan usaha mengatasi efek dari obat, kita juga harus lebih waspada pada penggunaan obat untuk mencegah timbulnya efek samping.

Hal-hal yang dapat kita lakukan antara lain:

  1. Berikan perhatian khusus terhadap konsumsi obat dan dosisnya pada anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hati dan jantung.
  2. Perhatikan petunjuk pada leaflet/ kemasan obat. Biasanya tertera efek samping yang mungkin terjadi, dengan begitu kita akan menjadi lebih waspada.
  3. Perhatikan juga riwayat alergi yang terjadi. Bisa ditelusuri dari riwayat alergi yang terjadi di keluarga maupun alergi obat yang pernah terjadi.
  4. Gunakan obat dengan indikasi yang jelas dan tepat, sesuai dengan yang diresepkan dokter.
  5. Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus.
  6. Bila dalam pengobatan terjadi gejala penyakit baru, atau kondisi malah tidak membaik, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan tersebut karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau justru karena efek samping obat harus segera periksa ke dokter untuk mencegah hal yang tidak dinginkan.

BACA JUGA: Efek Utama Obat

Penutup

Dalam beberapa masalah kesehatan, efek samping mungkin menjadi diinginkan, seperti Benadryl diberikan sebelum tidur: efek sampingnya yang berupa rasa kantuk menjadi menguntungkan. Tetapi pada saat-saat lain, efek samping dapat menjadi reaksi yang merugikan.

Istilah efek samping dan reaksi yang merugikan kadang-kadang dipakai bergantian.

Reaksi yang merugikan adalah batas efek yang tidak diinginkan (yang tidak diharapkan dan terjadi pada dosis normal) dari obat-obat yang mengakibatkan efek obat yang ringan sampai berat, termasuk anafilaksis (kolaps kardiovaskular). Reaksi yang merugikan selalu tidak diinginkan.

5/5 – (1 vote)

Yuk, Kami juga Ada di Google News, KLIK DISINI!

Artikel Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *