Malaria : Pengertian, Epidemologi, Parasit, Cara Penularan

malaria

Halo #sobatpoltekkes, pokok bahasan kali ini adalah seputar malaria. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa malaria sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Seorang ilmuwan Hippocrates (400-377 SM) sudah membedakan jenis-jenis malaria.

Alphonse Laveran (1880) menemukan plasmodium sebagai penyebab malaria, dan Ross (1897) menemukan perantara malaria adalah nyamuk Anopheles. Hingga saat ini, malaria masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat di Indonesia, terutama di daerah luar Jawa dan Bali. Hal ini karena angka morbiditas dan mortalitas malaria masih tinggi.

Untuk penjelasan lengkapnya, yuk simak artikel ini!

Bacaan Lainnya

Pengertian Malaria

Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara), sehingga secara harfiah malaria berarti penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang buruk. Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.

Plasmodium hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Kementerian Kesehatan RI., 2013).

Nyamuk Anopheles merupakan vektor malaria yang terutama menggigit manusia malam hari mulai petang (dusk) sampai fajar (dawn).

Infeksi malaria ditandai dengan gejala berupa demam, hepatosplenomegali, menggigil, anemia, dan splenomegali.

Infeksi dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat terjadi tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang disebut malaria berat.

Epidemiologi

Setelah memahami konsep pengertiannya, pembahasan berikutnya adalah mengenai epidemiologi malaria. Malaria disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium dan merupakan infeksi protozoa paling penting di seluruh dunia.

Sebanyak 300 juta orang terkena malaria setiap tahun dan 1 juta orang meninggal, terutama anak-anak berusia <5 tahun di Sub-Sahara Afrika. Dua pertiga kasus yang dilaporkan terjadi di Afrika, Sub Benua India, Vietnam, Pulau Soloman, Kolumbia, dan Brasil.

Sebanyak 10.000 sampai 30.000 penduduk negara industri juga mendapatkan malaria setiap tahun melalui perjalanan ke daerah endemik. Sekitar 2000 kasus terjadi setiap tahun di Inggris dengan 10-15 kematian, yaitu dari Plasmodium falciparum.

Plasmodium vivax dominan di India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, dan Amerika Tengah. Plasmodium falciparum dominan di Afrika dan Papua Nugini.

Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum memiliki prevalensi di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Oceania. Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae terjadi terutama di Afrika (Mandal, Wilkins, Dunbar, & Mayon-White, 2008).

Berikut adalah Endemisitas malaria yang dibagi menjadi 4 tingkatan sebagai berikut:

  1. Hipoendemis

Penularan malaria masih terjadi, tetapi sangat rendah frekuensinya, hanya jika terjadi turun hujan sehingga baru terbentuk tempat perindukan nyamuk. Kejadian malaria di daerah ini termasuk tidak stabil.

Pada pemeriksaan limpa (spleen rate) yang dilakukan terhadap anak berumur di bawah lima tahun, spleen rate berkisar antara 0-10%, sedangkan parasitemia golongan ini kurang dari 10%. Pada daerah hipoendemis ini banyak dijumpai malaria serebral, malaria dengan gangguan fungsi hati, atau gangguan fungsi ginjal pada usia dewasa.

  1. Mesoendemis

Penularan malaria hanya terjadi pada musim penghujan, karena itu termasuk daerah malaria tidak stabil.

Pemeriksaan limpa pada anak balita menunjukkan spleen rate berkisar antara 20-50% dengan parasitemia kurang dari 20%. Pada daerah mesoendemis ini banyak ditemukan malaria serebral pada usia kanak-kanak (2-10 tahun).

  1. Hiperendemis

Tingkatan endemisitas dimana penularan malaria berlangsung hampir di sepanjang tahun (stabil), kecuali pada waktu populasi Anopheles sangat menurun. Misalnya pada waktu musim kemarau ketika tempat perindukan nyamuk berkurang karena mengering.

Pemeriksaan pada anak balita menunjukkan spleen rate berkisar antara 50-70% dengan parasitemia antara 50% dan 70%. Di daerah mesoendemis ini juga banyak ditemukan malaria serebral pada usia kanak-kanak (2-10 tahun) (Harijanto, 2009).

  1. Holoendemik (bila parasit rate atau spleen rate >75%).

Tingkatan endemisitas suatu daerah malaria yang penularan malaria terjadi sepanjang tahun, sehingga penularan malaria tergolong stabil.

Pemeriksaan limpa pada anak berumur di bawah lima tahun menunjukkan spleen rate lebih dari 75%, dengan parasitemia berkisar antara 60-70%. Angka kematian tertinggi terjadi pada anak berumur 1-2 tahun karena anemia yang terjadi sangat berat.

Struktur Parasit

Pada pembahasan struktur parasit ini, akan dibahas mengenai parasit Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia. Parasit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang merupakan vektor malaria.

Taksonomi Plasmodium sebagai berikut:

  • Kingdom: Protista
  • Subkingdom: Protozoa
  • Phylum: Apicomplexa
  • Class: Sporozoasida
  • Order: Eucoccidiorida
  • Family: Plasmodiidae
  • Genus: Plasmodium

Plasmodium pada manusia penyebab penyakit ini terdapat lima spesies yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi.

  1. Plasmodium Falciparum

Di dalam sel darah merah penderita malaria, Plasmodium falciparum dapat ditemukan dalam bentuk cincin, trofozoit, skizon, dan bentuk gametosit yang memiliki ciri-ciri khas tertentu.

Eritrosit yang terinfeksi parasit ini juga mengalami bentuk yang berbeda sesuai dengan bentuk parasit yang menginfeksinya. Gambaran Plasmodium falciparum di dalam darah ditampilkan pada table berikut ini.

Stadium di DarahGambaran Eritrosit Gambaran Parasit
Bentuk cincinNormal, sering ditemukan infeksi multipel di eritrosit, celah MaurerSitoplasma halus, 1-2 bintik kromatin, bentuk applique (accole) kadang-kadang ada
TrofozoitNormal, celah Maurer jarangJarang terlihat di darah tepi, sitoplasma padat, pigmen hitam
SkizonNormal, celah Maurer jarangJarang tampak di darah tepi, skizon matang dengan 8-24 merozoit kecil, pigmen hitam, berkelompok dalam satu massa
GametositMengerut (distorsi)Bentuk sosis, bulan sabit, atau pisang; kromatin kompak (makro gametosit), atau difus (mikrogametosit), terdapat masa pigmen hitam
Plasmodium Falciparum, Madigan, Martinko, Bender, Buckey dan Stahl
Plasmodium Falciparum, Madigan, Martinko, Bender, Buckey dan Stahl
  1. Plasmodium Vivax

Di dalam sel darah merah penderita, Plasmodium vivax dapat ditemukan dalam bentuk cincin, trofozoit, skizon, dan bentuk gametosit yang memiliki ciri-ciri khas tertentu.

plasmodium vivax

Eritrosit yang terinfeksi parasit ini juga mengalami bentuk yang berbeda sesuai dengan bentuk parasit yang menginfeksinya. Gambaran Plasmodium vivax di darah ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Stadium di DarahGambaran Eritrosit Gambaran Parasit
CincinUkuran normal sampai 1,25x bulat, kadang-kadang tampak bintik Schuffner halus, eritrosit dengan infeksi multipel tidak jarang dijumpai.Sitoplasma besar kadang-kadang dengan pseudopodi; bintik kromatin besar.
TrofozoitUkuran membesar 1,5-2x; mungkin distorsi, bintik halus Schuffner tampak.Sitoplasma besar, amuboid, kromatin besar, pigmen halus coklat kekuningan.
SkizonMembesar 1,5-2x; mungkin distorsi, bintik Schuffner halus.Sitoplasma besar mengisi hampir seluruh eritrosit; matang 12-24 merozoit, tampak kelompok pigmen coklat kekuningan.
GametositMembesar 1,5-2x; mungkin distorsi, bintik Schuffner halus.Bulat atau lonjong, padat, dapat memenuhi eritrosit, kromatin padat, eksentris pada makrogametosit, difus pada mikrogametosit, pigmen coklat tersebar.
  1. Plasmodium Ovale

Di dalam darah tepi Plasmodium ovale terdapat bentuk-bentuk cincin, trofozoit, skizon, dan bentuk gametosit. Gambaran Plasmodium ovale di darah ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Stadium di DarahGambaran Eritrosit Gambaran Parasit
CincinNormal sampai 1,25x bulat, kadang ada bintik Schuffner; fimbrie kadang-kadang terjadi; eritrosit dengan infeksi multipel tidak jarang dijumpai.Sitoplasma jelas, bintik kromatin besar.
TrofozoitNormal sampai 1,25x.Kompak, kromatin besar, pigmen halus coklat tua.
SkizonNormal sampai 1,25x, bulat atau lonjong, kadang-kadang fimbrie, tampak bintik Schuffner.Matang terdiri dari 6-14 merozoit dengan inti besar, berkelompok mengelilingi masa pigmen coklat tua.
GametositNormal sampai 1,25x, bulat atau lonjong, kadang-kadang fimbrie, bintik Schuffner.Bulat atau lonjong, padat, dapat memenuhi eritrosit, kromatin padat, eksentris (makrogametosit), atau lebih difus (mikrogametosit), pigmen coklat tersebar.

plasmodium ovale

  1. Plasmodium Malariae

Plasmodium malariae dijumpai di dalam darah dalam bentuk cincin, bentuk trofozoit, bentuk skizon dan bentuk gametosit. Gambaran Plasmodium malariae di darah ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Stadium di DarahGambaran Eritrosit Gambaran Parasit
CincinNormal sampai 1,25x.Sitoplasma jelas, kromatin besar.
TrofozoitNormal sampai 0,75x; jarang, bintik Ziemann (dengan pewarnaan tertentu).Kompak, kromatin besar, kadang bentuk pita, pigmen kasar coklat tua.
SkizonNormal sampai 0,75x; jarang, bintik Ziemann (dengan pewarnaan tertentu).Skizon matang 6-12 merozoit dengan inti besar berkelompok mengelilingi masa pigmen kasar, coklat tua, kadang bentuk roset.
GametositNormal sampai 0,75x; jarang, bintik Ziemann (dengan pewarnaan tertentu).Bulat atau lonjong, padat, dapat memenuhi eritrosit, kromatin padat, eksentris (makrogametosit), atau lebih difus (mikrogametosit), pigmen coklat tersebar.

plasmodium malariae

  1. Plasmodium Knowlesi

Plasmodium knowlesi dijumpai di dalam darah dalam bentuk cincin, bentuk trofozoit, bentuk skizon dan bentuk gametosit. Gambaran Plasmodium knowlesi di dalam darah ditampilkan pada tabel berikut ini.

Stadium di DarahGambaran Eritrosit Gambaran Parasit
CincinNormal sampai 0,75x; infeksi multipel tidak jarang terjadi.Sitoplasma halus, 1-2 bintik kromatin, kadang terlihat bentuk applique (accole).
TrofozoitNormal sampai 0,75x; jarang tampak bintik Sinton dan Mulligan.Sitoplasma kompak, kromatin besar, kadang bentuk pita, pigmen kasar coklat tua.
SkizonNormal sampai 0,75x; bintik Sinton dan Mulligan jarang dijumpai.Skizon matang sampai 16 merozoit dengan inti besar mengelilingi masa kasar, pigmen coklat tua, kadang bentuk roset; merozoit matang bersegmen.
GametositNormal sampai 0,75x; bintik Sinton dan Mulligan jarang dijumpai.Bulat atau lonjong, kompak, mengisi hampir semua isi eritrosit, kromatin kompak, makrogametosit eksentrik, mikrogametosit lebih difus, pigmen coklat tersebar.

Plasmodium knowlesi

Saat ini penderita penyakit infeksi ini didominasi disebabkan oleh Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum sekitar 80-95%, dan sisanya disebabkan oleh Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.

Di Indonesia, jenis plasmodium yang banyak ditemukan adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Di beberapa provinsi di Indonesia, antara lain Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Papua ditemukan Plasmodium malariae.

Pada tahun 2010 dilaporkan adanya Plasmodium knowlesi di pulau Kalimantan yang dapat menginfeksi manusia.

Plasmodium knowlesi selama ini dikenal hanya menginfeksi pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), namun juga ditemukan di tubuh manusia. Penelitian Cox-Singh, Davis, Lee, Shamsul, Divis, & Matusop (2008) melaporkan bahwa hasil tes pada 150 pasien penderita di Rumah Sakit Serawak Malaysia pada Juli 2006 sampai dengan Januari 2008 menunjukkan bahwa dua pertiga kasus disebabkan oleh Plasmodium knowlesi.

Cara Penularan

Mari kita kaji kembali mengenai cara penularan malaria. Malaria dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Anopheles, yang dapat menularkan parasit Plasmodium.

Intensitas penularan malaria dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan parasit Plasmodium, yaitu nyamuk Anopheles yang menjadi vektor penular, manusia yang menjadi hospesnya, dan lingkungan hidup yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut.

Penularan malaria di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

  1. Perubahan lingkungan yang tidak terkendali dapat menyebabkan timbulnya tempat-tempat perindukan (breeding place) nyamuk.
  2. Di Indonesia terdapat banyak spesies Anopheles telah dikonfirmasi merupakan vektor malaria, dengan sifat bionomik yang berbeda-beda, habitat, dan breeding place yang bermacam-macam.
  3. Mobilitas penduduk Indonesia yang tinggi memungkinkan terjadinya penularan malaria di daerah yang lebih luas, termasuk penularan parasit malaria yang sudah resisten terhadap obat-obatan anti malaria.
  4. Perilaku masyarakat yang memungkinkan terjadinya penularan.
  5. Terbatasnya akses pelayanan kesehatan untuk menjangkau seluruh desa yang bermasalah malaria, karena hambatan geografis, ekonomi, dan sumber daya.

Kekebalan tubuh manusia juga merupakan faktor penting pada penularan penyakit infeksi ini, terutama di daerah malaria dengan penyebaran yang luas dan sedang. Iklim juga berperan penting dalam penularan malaria.

Hal ini karena iklim mempengaruhi kepadatan dan lama hidup dari nyamuk Anopheles yang menjadi vektor malaria, misalnya pola hujan, suhu udara dan kelembaban. Puncak jumlah penderita malaria terjadi selama musim hujan berlangsung dan pada masa sesudah musim hujan baru berakhir.

Kejadian luar biasa malaria umumnya terjadi pada saat iklim mendadak berubah menjadi sangat sesuai untuk penyebaran malaria dan di daerah yang penduduknya tidak memiliki atau hanya sedikit memiliki kekebalan terhadap malaria.

Penularan malaria juga terjadi apabila sekelompok penduduk dengan kekebalan yang rendah terhadap malaria pindah ke daerah yang intensitas malarianya tinggi, misalnya yang terjadi pada kaum transmigran, pencari kerja, atau kaum pengungsi.

Siklus Hidup

Setelah kamu selesai mempelajari cara penularannya, pembahasan selanjutnya adalah tentang siklus hidup.

Sebagaimana yang telah disampaikan dibahasan sebelumnya bahwa penyakit ini disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang menjadi vektornya.

Sebagian besar nyamuk Anopheles menggigit pada waktu senja atau malam hari, dan ada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar.

Plasmodium mengalami dua siklus hidup, yaitu siklus hidup di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina dan siklus hidup yang terjadi pada tubuh manusia.

  1. Siklus seksual (sporogoni) pada nyamuk Anopheles betina

Apabila nyamuk lain mengisap darah penderita, gametosit akan memasuki usus nyamuk. Gametosit akan membesar ukurannya dan meninggalkan eritrosit. Pada tahap gametosit ini, mikrogametosit akan mengalami eksflagelasi diikuti fertilisasi makrogametosit.

Sesudah terbentuk ookinet, ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista di selaput luar lambung nyamuk. Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari, tergantung dari situasi lingkungan dan jenis parasitnya.

Pada tempat inilah kista akan membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk. Pada kelenjar inilah sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan bila nyamuk menggigit manusia.

  1. Siklus aseksual (Skizogoni) di dalam tubuh manusia

Sporozoit yang berasal dari dalam kelenjar ludah nyamuk Anopheles masuk melalui gigitan nyamuk pada kulit bersama air ludah nyamuk yang mengandung antikoagulansia.

Segera sesudah memasuki aliran darah, dalam waktu 30 menit sporozoit akan menuju ke hati dan menembus hepatosit, menjadi tropozoit hati. Parasit berada di dalam sel hati selama 9-16 hari dan berkembang menjadi skizon hati yang mengandung 10.000-30.000 merozoit.

Siklus ini disebut siklus eksoeritrositik. Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae berlangsung siklus skizogoni cepat (immediate schizogony). Sedangkan Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale berlangsung siklus skizogoni cepat maupun skizogoni lambat (delayed schizogony), yaitu sebagian tropozoit hati menjadi bentuk dorman (istirahat) yang pasif yang disebut bentuk hipnozoit (dormant hypnozoite).

Bentuk hipnozoit dapat berada di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Jika daya tahan tubuh penderita menurun, parasit akan menjadi bentuk aktif sehingga mengakibatkan kambuh (relaps).

Merozoit yang keluar dari skizon hati yang pecah akan meninggalkan sel hepatosit, memasuki aliran darah dan menginfeksi sel darah merah penderita. Proses skizogoni eritrositik (perkembangan aseksual) Plasmodium dimulai sejak masuknya merozoit ke dalam eritrosit.

Di dalam sel eritrosit tahap skizogoni berlangsung dengan pembentukan merozoit yang lebih banyak dan membutuhkan waktu sekitar 22 jam. Setelah proses skizogoni darah berlangsung 2-3 siklus, sebagian merozoit yang menginfeksi eritrosit akan membentuk stasiun seksual mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina), yang membutuhkan waktu sekitar 26 jam.

Pada Plasmodium falciparum, skizogoni eritrositik berlangsung selama 48 jam, dan gametositosis 10-12 hari. Siklus skigozoni eritrositik umumnya berlangsung selama beberapa siklus sebelum terbentuknya gametosit untuk pertama kalinya.

Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah yang bermanifestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi ini, maka gametosit yang ada pada darah manusia akan terhisap oleh nyamuk.

Sehingga siklus seksual pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan malaria.

Gambaran tentang siklus hidup parasit malaria, dapat kamu lihat di bawah ini.

Siklus Hidup Plasmodium oleh Madigan, Martinko, Bender, Buckley dan Stahl
Siklus Hidup Plasmodium oleh Madigan, Martinko, Bender, Buckley dan Stahl

Masa inkubasi malaria sekitar 9 – 40 hari, tergantung spesies plasmodium. Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam.

Sedangkan masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke dalam tubuh manusia sampai parasit dapat didekteksi dalam sel darah merah dengan pemeriksaan mikroskopik.

Plasmodium falciparum memerlukan masa inkubasi 9 – 14 hari, Plasmodium vivax 12 – 17 hari, Plasmodium ovale 16 – 18 hari, Plasmodium malariae 18 – 40 hari, dan Plasmodium knowlesi 10 – 12 hari (Kementerian Kesehatan RI., 2013). Masa inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai faktor seperti pengobatan dan pemberian profilaksis dengan dosis yang tidak adekuat.

Manifestasi Klinis

Manisfetasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai membahayakan jiwa. Berat atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium, imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi malaria, daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaktis, dan pengobatan sebelumnya.

Gejala utama demam dan adanya thrombositopenia sering didiagnosis dengan infeksi lainnya, seperti demam thyphoid, demam dengue, leptospirosis, chikungunya, dan infeksi saluran nafas.

Apabila ada demam dengan ikterik bahkan sering diinterpretasikan dengan diagnosa hepatitis dan leptospirosis. Penurunan kesadaran dengan demam sering didiagnosis sebagai infeksi otak atau bahkan stroke (Kementerian Kesehatan RI., 2017).

Keluhan utama penderita malaria yaitu demam lebih dari dua hari, menggigil, dan berkeringat. Gejala ini disebut trias malaria. Demam pada keempat jenis malaria berbeda sesuai dengan proses skizogoninya.

Demam karena Plasmodium falciparum dapat terjadi setiap hari, demam karena Plasmodium vivax atau Plasmodium ovale demamnya berselang satu hari, sedangkan demam pada Plasmodium malariae menyerang berselang dua hari.

Berikut merupakan karakteristik dari manifestasi klinis malaria yang mencakup pola demam, anemia, dan splenomegali.

1. Pola Demam Malaria

Skizon yang terdapat di dalam darah yang pecah mengeluarkan berbagai alergen yang antigenik yang menyebabkan timbulnya respon imun hospes.

Kondisi ini merangsang sel-sel limfosit, monosit dan makrofag untuk membentuk sitokin, misalnya tumor necrosis factor(TNF) yang bersama aliran darah mencapai hipotalamus yang merupakan pusat pengatur panas badan. Patogenesis inilah yang menyebabkan terjadinya demam pada penyakit ini.

Penderita malaria mengalami serangan demam yang khas, yaitu terdiri dari beberapa stadium sebagai berikut.

2. Stadium Menggigil

Stadium menggigil diawali dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil. Nadinya cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya menjadi biru, kulitnya kering dan pucat, serta kadang-kadang disertai dengan muntah. Penderita pada anak-anak sering disertai kejang.Stadium menggigil ini berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam.

3. Stadium Puncak Demam

Stadium puncak deman dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering, dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah, serta nadi berdenyut keras. Perasaan sangat haus sekali pada saat suhu naik sampai 410C atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6jam.

4. Stadium Berkeringat

Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak, sehingga tempat tidur basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah ambang normal.

Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun merasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam.

5. Anemia pada Malaria

Akibat pecahnya sejumlah eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi Plasmodium, penderita mengalami anemia.

Penderita penyakit ini sering disertai adanya anemia, yang dilihat dari konjungtiva palpebra yang pucat. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya menginfeksi eritrosit muda yang sedikit jumlahnya, sedangkan Plasmodium malariae hanya menginfeksi eritrosit tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah seluruh eritrosit.

Anemia yang terjadi pada malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae umumnya terjadi pada malaria yang kronis. Sedangkan anemia yang terjadi pada malaria yang disebabkan oleh.

Plasmodium falciparum mampu menginfeksi semua jenis eritrosit, sehingga pada malaria ini anemia dapat terjadi pada infeksi akut maupun infeksi kronis (Soedarto, 2011).

Derajat anemia tergantung pada spesies parasit yang menyebabkannya. Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut (Zulkoni, 2011).

  • Sel darah merah lisis akibat siklus hidup parasite.
  • Penghancuran sel darah merah baik yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi di dalam limfa.
  • Penghancuran oleh sel darah merah oleh auto imun.
  • Berkurangnya pembentukan heme.
  • Meningkatnya fragilitas sel darah merah.
  • Berkurangnya produksi sel darah merah dari sumsum tulang.

6. Splenomegali

Sebagai respon imun masuknya parasit malaria ke dalam tubuh, Plasmodium dimusnahkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit yang memasuki limpa yang menjadi tempat pemusnahan parasit malaria.

Akibat masuknya sel-sel radang ke dalam sistem retikuloendotel ini, maka limpa akan membesar ukurannya.

Pembesaran limpa merupakan gejala khas terutama pada malaria menahun, limpa mengeras, hitam, karena banyak pigmen yang ditimbun dalam eritrosit dan banyak mengandung parasite.

Karena banyaknya variasi manifestasi klinis malaria, maka diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti dibuat dengan ditemukannya parasit malaria dalam pemeriksaan mikroskopis laboratorium atau melalui uji diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test) dengan hasil positif.

Anamnesis

Di daerah non endemis malaria berbagai penyakit akibat infeksi virus, bakteri, parasit, dan riketsia dapat menunjukkan gejala mirip malaria.

Sebelum terjadinya demam pada penderita malaria, diawali keluhan prodromal berupa kelesuan, sakit kepala, nyeri pada tulang (arhralgia) atau otot, anorexia (hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan, dan kadang-kadang merasa dingin di punggung.

Tahapan anamnesis dilakukan untuk mendapatkan semua informasi tentang penderita, diantaranya mencakup hal-hal di bawah ini:

  • Apakah pernah bepergian dan bermalam di daerah endemis malaria dalam satu bulan
  • terakhir?
  • Apakah pernah tinggal di daerah endemis malaria?
  • Apakah pernah menderita malaria sebelumnya?
  • Apakah pernah meminum obat antimalaria satu bulan terakhir?
  • Apakah pernah mendapat transfusi darah?

Kecurigaan adanya malaria berat dapat dilihat dari adanya satu gejala atau lebih seperti berikut ini:

  1. Gangguan kesadaran.
  2. Kelemahan atau kelumpuhan otot.
  3. Kejang-kejang.
  4. Kekuningan pada mata atau kulit.
  5. Adanya perdarahan hidung atau gusi.
  6. Muntah darah atau berak darah.
  7. Panas badan yang sangat tinggi.
  8. Muntah yang terjadi terus menerus.
  9. Perubahan warna urine menjadi seperti the.
  10. Volume urine yang berkurang sampai tidak keluar urine sama sekali.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik terhadap penderita dapat ditemukan gejala seperti demam lebih dari 37,50C, konjungtiva dan telapak tangan pucat, pembesaran limpa (splenomegali), dan pembesaran hati (hepatomegali).

Sedangkan pada penderita malaria berat dapat dijumpai gejala klinis berikut ini:

  • Suhu rektal di atas 400C.
  • Nadi cepat dan lemah.
  • Tekanan darah sistolik kurang dari 70 mmHg pada orang dewasa dan pada anak kurang dari 50 mmHg.
  • Frekuensi nafas lebih dari 35x per menit pada orang dewasa, lebih dari 40x per menit pada balita, dan lebih dari 50x per menit pada bayi berumur di bawah 1 tahun.
  • Penurunan derajat kesadaran (Glasgow Coma Scale) kurang dari 11.
  • Perdarahan (petekia, pupura, hematoma).
  • Dehidrasi (mata cekung, bibir kering, oliguria, turgor, dan elastisitas kulit berkurang).
  • Anemia berat (konjungtiva, lidah, dan telapak tangan pucat).
  • Mata kuning (ikterus).
  • Splenomegali atau hepatomegaly.
  • Gagal ginjal dengan oliguria atau anuria.
  • Gejala neurologi (kaku kuduk, reflek patologi positif).

BACA JUGA: Apa itu CMV?

Demikian artikel lengkap diatas, jangan lupa untuk menyebarkan artkel ini agar lebih banyak yang merasakan manfaat, terima kasih.

5/5 – (2 votes)

Yuk, Kami juga Ada di Google News, KLIK DISINI!

Artikel Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *